JAKARTA, iNews.id - Bumi hanya memiliki satu satelit dan bersifat alami yakni Bulan. Keberadaannya ternyata sudah lama dijelaskan dalam kitab suci Alquran dan sains.
Hal ini sebagaimana diterangkan dalam buku Tafsir Ilmi 'Manfaat Benda-Benda Langit dalam Perspektif Alquran dan Sains' yang disusun Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Republik Indonesia bersama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Dijelaskan bahwa bulan adalah benda langit malam yang paling populer bagi penduduk Bumi. Kehadirannya selalu dapat disaksikan hampir setiap malam karena bulan memang merupakan satelit Bumi. Dikarenakan posisinya sebagai satelit, maka bulan akan selalu menyertai Bumi setiap saat.
Terbit dan tenggelamnya bulan merupakan suatu keniscayaan yang akan selalu terjadi. Isyarat tentang fenomena seperti ini dapat ditemukan dalam kitab suci Alquran.
فَلَمَّا رَاَ الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هٰذَا رَبِّيْ ۚفَلَمَّآ اَفَلَ قَالَ لَىِٕنْ لَّمْ يَهْدِنِيْ رَبِّيْ لَاَكُوْنَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّاۤلِّيْ
"Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku." Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat," (QS. Al-An'am: 77).
Pada ayat sebelumnya Allah Subhanahu wa ta'ala menjelaskan keadaan Nabi Ibrahim muda yang sedang bertanya-tanya apakah bintang yang tampak bercahaya di langit merupakan tuhan?
Namun ketika bintang itu terbenam atau hilang dari pandangan pada pagi hari karena munculnya matahari dengan cahayanya yang lebih kuat, maka ia yakin bahwa bintang itu bukan tuhan.
Dalam ayat ini dikisahkan betapa pencarian tuhan oleh Nabi Ibrahim muda masih berlanjut. Ketika melihat bulan yang lebih besar dan cahayanya lebih terang dibanding bintang, ia menduga bahwa bulan itulah tuhan yang dicarinya.
Akan tetapi, seperti halnya bintang, bulan juga terbenam pada pagi hari. Ketika itu ia yakin bulan juga tidak layak disebut tuhan. Bulan ialah salah satu benda langit yang diciptakan.
اِنَّ رَبَّكُمُ اللّٰهُ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ فِيْ سِتَّةِ اَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوٰى عَلَى الْعَرْشِۗ يُغْشِى الَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهٗ حَثِيْثًاۙ وَّالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُوْمَ مُسَخَّرٰتٍۢ بِاَمْرِهٖٓ ۙاَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْاَمْرُۗ تَبٰرَكَ اللّٰهُ رَبُّ الْعٰلَمِيْنَ
"Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan Bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan, dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam," Surah Al A’raf Ayat 54.
Ayat ini secara tegas menginformasikan bahwa langit, Bumi, matahari, bulan, dan bintang-bintang merupakan ciptaan Allah Azza wa jalla. Sebagai makhluk, semua benda langit tunduk pada hukum yang telah ditentukan-Nya, patuh pada norma-norma yang ditetapkan-Nya.
Bulan merupakan benda langit, sebagaimana benda-benda angkasa lainnya yang terbit dan terbenam. Fenomena seperti ini sebenarnya merupakan sesuatu yang secara alamiah terjadi pada semua benda angkasa.
Seperti diketahui, bulan tidak memiliki cahayanya sendiri. Cahaya yang seolah-olah berasal darinya merupakan pantulan dari cahaya matahari.
Editor : Putra
Artikel Terkait