Misteri Pipa Bawah Tanah dan Sirah Keteng di Ponorogo

Putra
Penemuan prasasti Sirah Keteng di Desa Bedingin Ponorogo foto: istimewa

PONOROGO, iNewsPonorogo.id - Kita mundur jauh ke belakang sebelum berdirinya Kediri, Singasari, dan Majapahit lahir menjadi kerajaan besar di Nusantara. Ada lebih dulu wilayah Jawa Timur, dikuasai oleh Kerajaan Kahuripan, dengan rajanya yang sangat luar biasa yaitu Raja Airlangga.

Saat Raja Airlangga bertahta, peradaban Kerajaan Kahuripan yang sudah terbilang sangat maju. Hal tersebut ditandai dengan penemuan sejumlah peninggalan dari masa Kerajaan Kahuripan, yang tersebar di sejumlah wilayah di Jawa Timur.

Dari hasil penelitian Belanda di tahun 1925, ditemukan saluran pipa tradisional di bawah tanah, dan beberapa benda berupa prasasti lain, yang diduga peninggalan masa kejayaan Raja Airlangga.

Saat meletakkan jabatannya Raja Airlangga sebagai penguasa Kerajaan Kahuripan, membagi wilayah kekuasaannya menjadi dua untuk kedua anaknya. Lantas kemudian muncul wilayah Panjalu, dan Jenggala. 

Kemudian bagian barat disebut sebagai Kerajaan Panjalu, Daha, atau Kadiri, yang berdiri tahun 1045, dan berakhir di tahun 1222. Wilayah kekuasaannya membentang hingga Madiun, dan Ponorogo.

Berbagai benda bersejarah ditemukan sebagai bagian dari jejak Raja Airlangga. Pertama ada Sirah Keteng yang ditemukan di Desa Bedingin, salah satu desa di selatan Kabupaten Ponorogo. Prasasti tersebut, berangka tahun 1026.

Kemudian Sirah Keteng sendiri berbahan batu andesit. Batu itu adalah bagian dari sebuah monumen, yang dimungkinkan merupakan sebuah pintu gerbang dengan kepala Banaspati besar.

Saat Sirah Keteng ditemukan pada 1925, juga ada sebuah sumur berbentuk tabung berdiameter sekitar satu meter. Bahkan sambungan sumur ini, ditemukan lagi dijarak 500 meter, masuk Desa Sambilawang.

Kemudian ada yang menyebutkan, saluran pipa di bawah tanah tersebut, memanjang hingga masuk wilayah di Kabupaten Trenggalek.

Pada batu kepala Banaspati, ditulis kata pujian untuk Raja Jayawarsya, yang mungkin adalah Raja Kediri, penyembah Dewa Wisnu.

Tulisan tersebut juga berisi tentang bantuan untuk atitih, yang kemungkinan merupakan gelar untuk seorang pejabat administrasi yang berada di wilayah tersebut, bernama Marjoyo.

Lalu di Desa Kupuk, masih di selatan Ponorogo juga ditemukan padmasana atau singgasana teratai. Sebuah batu yang digambari enam karakter, berbentuk kotak dengan tujuh baris tulisan yang mengelilinginya.

Padmasana ini memiliki bagian bawah yang berukiran Ganesha berlengan empat.

Prasasti selanjutnya ditemukan berasal dari periode Kediri, dan berangka tahun 1139. Prasasti ini di atas sebuah batu di selatan Ponorogo, yaitu di Dusun Selodono, Desa Karangpatihan.

Editor : Putra

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network