PONOROGO, iNews.id - Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Ponorogo melakukan aksi demonstrasi di depan kantor DPRD Ponorogo. Selain membawa berbagai poster bertuliskan tuntutan, peserta aksi juga melakukan teatrikal yang mengambarkan penindasan terhadap rakyat kecil.
Dari tujuh tuntutan mahasiswa diantaranya adalah meminta pemerintah menurunkan Harga BBM. dimana hal ini berdampak pada ekonomi masyarakat bawah, karena jelas dibarengi naiknya harga sembako.
"Sangat disayangkan sekali, ketika rakyat terdampak pandemi selama dua tahun ini dan berusaha untuk pulih, Pemerintah menaikan harga BBM jenis Pertamax sangat signifikan," kata koordinator aksi, Aldila Mayang Putri Rahayu, Selasa (12/4/2022).
Aksi demonstrasi aliansi mahasiswa Ponorogo (foto; iNews.id Putra)
Masih menurut Aldila, kebijakan menaikan harga BBM Pertamax ini, dinilai menjadi kebijakan yang gagal Jokowi. Dimana salah satu faktor naiknya harga BBM ini, diklaim karena alasan kenaikan PPN. Padahal kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 10 persen menjadi 11 persen. Hal ini tertera pada amanat undang-undang nomor 7 pasal 7 tentang harmonisasi peraturan perpajakan (UU HPP).
Kenaikan persentase tersebut memang hanya 1 persen, namun memiliki dampak yang nyata salah satunya pada kenaikan BBM. Kenaikan resmi harga pertamax yang sebelumnya berada dikisaran Rp 9.000 – Rp 9.500 sekarang berubah menjadi Rp 12.500 – Rp 13.500.
"Alasannya lagi kenaikan harga BBM untuk menghindari kerugian akibat lonjakan harga minyak mentah dunia imbas dari konflik
bersenjata antara Russia dan Ukraina," ungkapnya.
Lanjutnya, Aldila menambahkan bahwa selain soal harga BBM, yang menjadi sorotan ialah melambungnya harga minyak goreng yang hampir 2 kali lipat. Padahal Indonesia merupakan salah satu dari 5 negara yang menjadi penghasil kelapa sawit terbesar di dunia.
"Bukti kekejaman pemerintah dan penindasan terhadap rakyatnya yaitu adanya pencabutan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang dipatok pada harga Rp 14.000," imbuhnya.
Masalah demi masalah ini tak kunjung diselesaikan. Saat masyarakat rela antri berjam-jam demi mendapatkan minyak goreng. Menurut para mahasiswa, realitas yang terjadi belakangan ini, memperlihatkan bahwa rezim ini gagal.
"Tuntutan kita berdasarkan analisis objektif dan berada diatas kepentingan rakyat. Semoga aspirasinya kita ditindaklanjuti, menurunkan harga BBM dan harga minyak goreng, supaya rakyat tidak merasa tertindas di masa yang masih pandemi ini," pungkasnya.
Editor : Putra
Artikel Terkait