PONOROGO, iNewsPonorogo.id - Bagi seorang petani lumbung menjadi bagian yang sangat penting dalam sistem pertanian mereka. Di era sekarang ini tidak banyak dari mereka (petani) yang masih mempertahankan lumbung padi atau tempat menyimpan sebagian dari hasil panen.
Salah satu yang masih mempertahankan kearifan lokal dan tradisi lumbung padi adalah Desa Purworejo, Kecamatan Balong, Ponorogo. Bahkan warga setempat memanfaatkan lumbung pagi yang sudah dibangun sejak tahun 1970 silam.
Di desa Purworejo pun, tidak hanya satu, lumbung padi di Desa ini, berjumlah 6 tempat yang digunakan sebagai lumbung.
Bagi warga desa setempat, kebijakan menyetor gabah hasil panen ke lumbung memang sudah ada sejak dulu, hingga aktifitas tersebut masih diteruskan sampai sekarang.
Menurut Sofian, salah satu warga, mengungkapkan jika dalam sekali setahun, ia harus menyetorkan gabah seberat 40kg, yang nantinya digunakan jika dirinya atau warga lainnya membutuhkan. Seperti saat mengalami musim paceklik atau kekurangan bahan pangan.
Keberadaan lumbung padi dinilai sangat berdampak pada masyarakat, pasalnya selain untuk stok ketahanan pangan, kalau ada warga yang kurang mampu bisa menikmati manfaatnya.
“Kegiatan sangat berdampak pada masyarakat, terlebih bagi yang memang membutuhkan,” ujar Sofian.
Lumbung padi ini sendiri, nantinya kembali digunakan pada masyarakat. Selain sebagai ketahanan pangan, juga diberlakukan sistem, simpan – pinjam. Dimana masyarakat yang menginginkan meminjam dikenakan bunga gabah seberat 13kg, untuk setiap pinjaman seberat 40kg.
“Setiap anggota wajib andil dalam meminjam gabah, yang nantinya bunganya bisa digunakan untuk kebutuhan masyarakat kembali,” terangnya.
Sementara itu Kepala Desa Purworejo, Didik Subagyo menjelaskan, kebijakan lumbung padi memang sudah berjalan puluhan tahun dan memang sangat berdampak.
Setiap Kepala Keluarga (KK) untuk aktif terlibat dalam program lumbung padi. Dimana hal ini menjaga ketahanan pangan di masa paceklik. Selain di masa normal, lumbung padi ini bisa dijadikan KAS desa.
“Kami sengaja meneruskan tradisi karifan lokal daripada pendahulu kami,” pungkasnya.
Editor : Putra