PONOROGO, iNewsPonorogo.id - Musim kemarau yang telah berlangsung selama dua bulan terakhir membawa dampak sulitnya mendapatkan air bersih, seperti halnya warga di Dukuh Dungus, Desa Karangpatihan, Kecamatan Pulung, Ponorogo.
Sejak satu bulan lalu, sekitar 287 Kepala Keluarga (KK) atau 1.200 jiwa terdampak krisis air bersih. Selain sumur yang sudah mengering, air pdam yang menjadi andalan sering kali tak lagi mengalir.
Kini warga hanya bisa mengandalkan air bersih bantuan dari pemerintah maupun dari pihak lain.
“Di Dukuh Dungus itu ada sekitar 1.200 jiwa, terbagi 270 KK, semua terdampak kekeringan, meski belum sampai puncaknya,” kata Supriyanto, Kepala Dukuh Dungus.
Lanjutnya, Supriyanto menambahkan bahwa, jika dampak kekeringan ini belum mencapai puncaknya. Dimana satu satu tandon bisa untuk 2-3 hari, kalau pas puncak, satu hari nggak sampai, sudah habis,” terangnya.
Kemudian, bantuan air bersih ini, biasanya hanya digunakan untuk minum dan memasak. Sedang kebutuhan mandi dan mencuci warga harus ke sungai yang jaraknya lebih dari 1 kilometer.
“Air di tandon untuk minum dan memasak. Mandi serta mencuci harus ke sungai, yang jaraknya bisa lebih 1 kilometer,” ungkapnya.
Guna meringankan beban warga yang terdampak kekeringan, membuat Maesa groub memberikan bantuan berupa droping air bersih, ke warga Desa Karangpatihan.
“Kita droping air bersih dengan kapasitas 8 ribu liter. Semoga bisa berkelanjutan agar membantu dan semoga bisa meringankan dari warga,” pungkas Aan Wildan Ahsani, perwakilan Maesa Groub.
Data dari BPBD Ponorogo, hingga saat ini ada tiga kecamatan yang berpotensi terdampak kekeringan pada musim kemarau 2024, yaitu Kecamatan Slahung, Bungkal dan Badegan.
Editor : Putra
Artikel Terkait