JAKARTA, iNewsPonorogo.id - Doa tulus seorang ibu memang pasti terkabul. Seperti cerita seorang ibu yang bisa berjumpa Presiden Jokowi untuk mengungkapkan segala keluh kesahnya kesulitan membiayai kuliah anaknya.
Kisah ini berawal saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 20 Januari 2023 berkunjung ke salah satu tempat wisata di Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara untuk meresmikan penataannya. Ketika itu, dari tengah kerumunan massa, muncul seorang ibu yang berusaha melewati penjagaan Paspampres dan berteriak.
"Pak Jokowi, Pak Jokowi, saya torang mau bercerita, Pak Jokowi, torang mau bercerita, dengan terus berteriak agar didengar Presiden Jokowi. Pak Jokowi tolong lihat ke saya, saya mau bercerita," kata Ibu Siti menceritakan kembali kisah pertemuannya dengan sang Kepala Negara seperti dilansir dari Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden, Minggu (29/1/2023).
Mendengar teriakan itu, Presiden Jokowi melihat ke arah Ibu Siti dan langsung melambaikan tangannya. "Mari Bu, sini Bu, Ibu punya keluhan apa? Ke sini Bu."
Sontak lambaian tangan Presiden seakan menjadi jawaban dari doa-doa Ibu Siti setiap malam untuk dipertemukan dengan Kepala Negara. Begitu berjumpa, dipegangnya erat-erat tangan Presiden Jokowi, dilanjutkan mengungkapkan curhatan hatinya.
Kepada Presiden Jokowi, ia kemudian bercerita mengenai dirinya yang tidak bisa membayar uang kuliah tunggal (UKT) anaknya, Devid Telussa.
"Saat itu juga Pak Jokowi terima saya dengan baik, minta KTP saya. 'Ibu ada KTP?' 'Ibu ada nomor HP?' Ada Pak Jokowi," lanjutnya.
Selepas pertemuan tersebut, Ibu Siti lantas dihubungi oleh staf kepresidenan dan meminta data-data anaknya untuk dibantu beasiswa dari Presiden Jokowi.
Ibu Siti yang saat itu sedang berjualan di sekitar RSUP Prof. Kandou, Kota Manado, langsung menangis dan terduduk. Ucapan syukur diucapkan Ibu Siti Mafira saat mendengar kabar tersebut.
"Ya Allah terima kasih. Ya Allah telah kabulkan doa saya selama ini," ujarnya sambil terisak.
Devid Telussa, anak Ibu Siti lahir dari keluarga yang tidak berkecukupan. Saat ini, David pria duduk di semester II di Fakultas Hukum, Universitas Sam Ratulangi.
Penghasilan Ibu Siti dari berdagang puding dan suaminya, Pak Hamid, sebagai sopir serabutan tidak cukup untuk membayar UKT Devid. Bahkan, saat mendaftar untuk mengikuti Seleksi SBMPTN, Devid harus meminjam uang pendaftaran Rp150 ribu kepada orang tua temannya.
"Waktu mau masuk itu banyak sekali kendala, soal administrasi waktu ikut SBMPTN uang juga hanya pinjam untuk pendaftaran. Bahkan sampai sekarang Devid hanya bisa mencicil karena belum mampu untuk mengembalikan," tutur Devid.
Awalnya ayah Devid, Pak Hamid Monoarfa, cuma ingin agar anaknya bekerja selepas lulus SMK. Sebagai orang yang secara ekonomi berkekurangan, dan Pak Hamid sadar berapa biaya anaknya jika kuliah.
Namun, setelah melihat tekad anaknya yang kuat untuk kuliah, maka ia berupaya dan mencari cara agar Devid bisa berkuliah.
"Tapi orang tua juga berpikir, bagaimanapun coba usaha. Pertama kali itu berusaha untuk masuk dulu. Jadi kami berusaha untuk membayar yang pertama itu, sebesar Rp3 juta. uang itupun tidak sepenuhnya dari kami. Sebagian kami pinjam dari teman-teman. Sampai sekarang belum lunas, tapi mereka bilang mereka ikhlas," Pak Hamid bercerita.
Editor : Putra