Prajurit Umar bin Abdul Aziz itu menjawab: "Aku tidak akan menjual agamaku dengan harga dunia."
Kemudian Kaisar memberi perintah untuk membunuh prajurit itu. Ia pun dibunuh di tengah lapangan disaksikan banyak orang. Sesaat setelah kepalanya terputus, kejadian menakjubkan terjadi di lapangan kerajaan. Kepala yang terputus itu menggelinding memutari lapangan sebanyak tiga kali.
Kepala prajurit setia itu kemudian melantunkan ayat Al-Qur'an Surat Al-Fajr: يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ٢٧ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً٢٨فَادْخُلِي فِي عِبَادِي٢٩وَادْخُلِي جَنَّتِي٣٠
Artinya: "Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai; lalu masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku." (Surat Al-Fajr: 27-30)
Melihat itu, Kaisar semakin marah dan memerintahkan algojonya untuk mendatangkan prajurit yang kedua.
"Masuklah ke dalam agamaku! Aku akan menjadikanmu seorang kepala di kota ini. Jika kamu tidak mau maka aku akan memenggal kepalamu sebagaimana aku telah memenggal kepala temanmu." kata Kaisar.
Prajurit kedua ini menjawab: "Aku tidak menjual agamaku denganharga dunia. Jika anda memiliki kuasa memenggal kepalaku maka sesungguhnya anda tidak punya kuasa memotong keimananku."
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta