Lembaga pendidikan Alkhairaat menjadi sarana dakwah Islam serta pusat penyebaran nilai-nilai nasionalisme.
Melalui penelitian yang dilakukan oleh Gani Jumat dengan judul "Nasionalisme Ulama Pemikiran Politik Kebangsaan Sayyid Idrus bin Salim Aljufri Tahun 1891-1969 M," terungkap bahwa pemikiran Habib Idrus Al-Jufri mencerminkan nasionalisme yang bersifat religius dan progresif.
Ia menjadikan pendidikan di Alkhairaat sebagai upaya pemberdayaan sosial yang mengajarkan akhlakul karimah. Melalui Alkhairaat, semangat patriotisme dan nasionalisme ditanamkan pada masyarakat Palu, mendorong mereka untuk melawan penjajah Belanda dan Jepang.
Prestasinya dihargai dengan berbagai tanda kehormatan. Pada tahun 2014, bandara Kota Palu, Sulawesi Tengah diubah namanya menjadi Habib Idrus bin Salim Al-Jufri sebagai penghormatan.
Meskipun upaya untuk mengangkatnya sebagai Pahlawan Nasional dilakukan oleh masyarakat Kota Palu, khususnya suku Kaili, Wali Kota Palu, dan Gubernur Sulawesi Tengah, status kewarganegaraan Habib Idrus sebagai warga Yaman mencegahnya dari pengangkatan tersebut.
Namun, berdasarkan Keppres 53/TK/2010, Habib Idrus dianugerahi Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera Adipradana, penghargaan tertinggi kedua setelah Tanda Kehormatan Bintang Republik Indonesia.
Pentingnya warisan Habib Idrus tercermin dalam pendirian lembaga Alkhairaat. Banyak ulama dan cendekiawan Muslim lainnya juga berkontribusi dalam pengembangan pendidikan di Indonesia Timur.
Habib Idrus bin Salim Al-Jufri berhasil mendirikan Alkhairaat pada tahun 1930 di Palu. Dari sebuah madrasah kecil, Alkhairaat tumbuh menjadi 1.561 sekolah dan madrasah.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta