get app
inews
Aa Read Next : Menuju Pengakuan Dunia, Reog Ponorogo Bakal Disidang UNESCO di Paraguay

Paguyuban Bumi Reog Ponorogo Muncul di Korea Selatan Sejak 2012 Bikin Bangga Indonesia

Senin, 09 Oktober 2023 | 11:30 WIB
header img
Dalam rangka kunjungan kerja ke Korea Selatan, Kepala BP2MI Benny Rhamdani, meluangkan waktu untuk bertemu Paguyuban Bumi Reog Ponorogo di Korea Selatan. Foto: IST

JAKARTA, iNewsPonorogo.id - Paguyuban Bumi Reyog Ponorogo yang berlokasi di Kota Andan, Korea Selatan mendapat apresiasi Kepala BP2MI, Benny Rhamdani

Dalam rangka kunjungan kerja ke Korea Selatan, Kepala BP2MI Benny Rhamdani, meluangkan waktu untuk bertemu Paguyuban Bumi Reog Ponorogo.

Benny sangat menghargai keberadaan paguyuban ini. Menurutnya, pemerintah seharusnya bersyukur atas keberadaan organisasi ini, bahkan Menteri Pariwisata seharusnya mengunjungi mereka. Ini karena paguyuban ini berinisiatif sendiri untuk menyebarkan budaya Indonesia tanpa bantuan inisiatif dari pemerintah atau dana negara.

"Awalnya, kunjungan ke paguyuban ini tidak termasuk dalam agenda di Korea Selatan. Namun, saya bersyukur karena terkadang, hal-hal yang dilakukan di luar rencana justru memberi inspirasi dan pengetahuan baru bagi saya. Jika saya tidak datang ke sini atas dorongan, saya mungkin tidak akan mengetahui sejauh mana partisipasi teman-teman dari Ponorogo dalam misi budaya ini. Mereka melakukan ini sambil bekerja, dan mereka membiayai peralatan mereka sendiri. Saya yakin mereka telah sering tampil di Korea, dan ini sungguh luar biasa," ujar Benny.

Sesepuh dari Paguyuban Bumi Reog Ponorogo, Purwanto, mengucapkan terima kasih atas kunjungan rombongan BP2MI ke paguyubannya. Ia menjelaskan bahwa paguyuban ini merupakan tempat berkumpul para Pekerja Migran Indonesia di Korea Selatan pada hari libur, tempat untuk merindukan tanah air, dan juga tempat untuk menyalurkan hobi.

Paguyuban ini telah ada sejak waktu pengiriman Pekerja Migran Indonesia ke Korea Selatan melalui PJTKI (sekarang P3MI). Mereka mendirikan paguyuban ini karena ingin berkumpul dengan rekan-rekan dari kampung halaman mereka, yaitu Ponorogo.

Purwanto menceritakan bahwa mereka sudah memiliki Reog Ponorogo sejak tahun 2012, ketika mereka mendapatkan satu unit pertama. Kemudian, pada tahun 2014, mereka mendapatkan tambahan satu unit lagi. Pada Penutupan Asean Games yang diselenggarakan di Incheon pada tahun 2014, tim dari Indonesia meninggalkan satu unit Reog untuk dibeli oleh mereka, sehingga mereka memiliki dua unit Reog.

Terakhir, mereka mengirimkan satu unit Reog lagi dengan bantuan dari tim KBRI, dengan biaya yang mereka keluarkan sendiri. Seluruh unit Reog ini didanai secara mandiri oleh paguyuban.

Dengan dua unit Reog tersebut, mereka berpartisipasi dalam berbagai festival di Korea Selatan untuk memeriahkan dan memperkenalkan budaya Reog Indonesia di negara tersebut. Namun, mereka sering menghadapi kesulitan dalam jadwal tampil karena personil mereka adalah pekerja migran yang memiliki waktu kerja yang padat.

Purwanto juga menjelaskan bahwa salah satu masalah yang dihadapi oleh Pekerja Migran Indonesia di Korea Selatan adalah mereka merasa nyaman hidup dan bekerja di sana. Beberapa dari mereka takut untuk pulang karena tidak tahu apa yang akan mereka lakukan di tanah air.

Sebagai tanggapan, Benny mengatakan kepada para Pekerja Migran Indonesia agar tidak takut untuk kembali ke tanah air. Dia menyarankan agar mereka disiplin dalam menabung selama bekerja di Korea Selatan untuk menjadi modal di masa depan.

Menurut Benny, menjadi Pekerja Migran Indonesia bukanlah sesuatu yang berlangsung selamanya. Dia mengungkapkan keterkejutannya terhadap orang yang sudah 27 tahun bekerja di Korea Selatan. Meskipun gaji di Korea tinggi, dia berpendapat bahwa dengan disiplin dalam menyimpan sebagian pendapatan mereka selama bekerja di Korea untuk digunakan sebagai modal usaha di masa depan, dan dengan membawa pengetahuan yang mereka peroleh di Korea ke negara mereka, banyak yang dapat sukses.

Dia menyebut bahwa catatan menunjukkan bahwa ada banyak contoh tokoh yang inspiratif yang berasal dari Korea Selatan. Sebagai contoh, saat ia mengunjungi Ansan Migrant’s Counseling Support Center, ia mendengar tentang Pekerja Migran Indonesia bernama Waryono, yang berasal dari Kendal, dan telah sukses di kampung halamannya dengan memiliki usaha seperti Ansan Mart, Bengkel Ansan, dan Restoran Ansan, bahkan anaknya dinamai Ansan. \

Benny merasa hal ini sangat menginspirasi dan menunjukkan bahwa banyak pekerja migran yang sukses dengan disiplin dalam menabung dan merencanakan masa depan mereka.

Editor : Vitrianda Hilba Siregar

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut