MAKKAH, iNewsPonorogo,id - Ali Topan, seorang jamaah dari embarkasi Surabaya-Asrama Haji Sukolilo (SUB-17), membagikan pengalaman spiritualnya saat tiba di Tanah Suci.
Seorang pria yang bekerja sebagai jurnalis dan disk jockey (DJ) ini hampir tidak bisa berangkat haji. Namun, ketika Allah menetapkan seseorang untuk menunaikan ibadah haji, tidak ada yang dapat mengubah takdir tersebut kecuali Allah sendiri.
"Siapa yang tidak menginginkan itu (berhaji). Tetapi, meskipun berusaha keras untuk berangkat haji, jika belum ada panggilan dari Allah, maka akan sulit," ujarnya ketika diwawancarai di Media Center Haji 2024, di Hotel Al Zhaer Plaza, Misfalah Kota Makkah, pada Selasa (28/5/2024).
Ali bahkan mengakui bahwa dia pernah merasa putus asa, pasrah karena terancam tidak mampu melunasi biaya haji tepat waktu.
"Saya hampir 99 persen gagal, teman. Saya sangat sedih, bahkan menangis karena masalah administrasi. Uang tidak mencukupi. Saya pasrah, jika memang Allah memanggil saya ke Makkah, maka saya akan berangkat," katanya.
Ali mendapat pemberitahuan pelunasan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BIPIH) yang dilaksanakan pada 7 hingga 12 Februari 2024, pada saat itu dia tidak memiliki uang sama sekali. Dia kemudian menghubungi beberapa temannya dan akhirnya berhasil mengumpulkan biaya yang diperlukan.
Namun, pada tanggal 12 ketika dia datang ke kantor Bank Syariah Indonesia (BSI), Ali Topan ditolak karena masalah administrasi. Ternyata, Ali belum memiliki surat pemeriksaan medis (MCU) dari rumah sakit. Padahal, waktu pelunasan di bank akan segera ditutup.
"Pegawai bank mengatakan bahwa pelunasan ditutup pada jam tiga sore, tetapi saya belum memiliki MCU. Pada siang hari sekitar jam satu, saya pergi ke puskesmas untuk mendapatkan surat kesehatan, tetapi saya ditolak oleh bank karena yang dibutuhkan adalah MCU. Akhirnya saya pergi ke klinik, tetapi hasil MCU baru keluar pada jam 4. Ini bukan takdir saya untuk naik haji," katanya.
Dia kemudian ingin mengembalikan uang bantuan dari teman-temannya. Namun, pada saat itu dia mendapat kabar bahwa Kementerian Agama telah memperpanjang batas waktu pelunasan BIPIH hingga 24 Januari.
Saat mendekati batas waktu pelunasan, anaknya tiba-tiba sakit, dan anak lainnya juga membutuhkan biaya untuk mendaftar sekolah. Akibatnya, uang yang seharusnya digunakan untuk melunasi BIPIH harus digunakan untuk kebutuhan anak-anaknya. Akibatnya, saat waktu pelunasan tiba, uangnya tidak mencukupi.
"Saat pelunasan, teller mengatakan 'tampaknya uangnya kurang di BSI'. Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Saya bingung, memikirkan apakah saya bisa berangkat haji atau tidak. Bahkan security bank mengatakan hal yang sama," katanya.
"Security itu merasa sedih melihat saya. Pada pukul setengah dua, teller mengatakan bahwa bank akan ditutup pada pukul tiga. Tetapi katanya, demi saya, dia akan menunggu. Saya hanya diam, tiba-tiba teman yang tidak pernah saya temui selama hampir 7 tahun menelepon. Dia bertanya kabar," lanjutnya.
Setelah menceritakan kondisinya, temannya tersebut langsung membantu untuk melunasi biaya pelunasan tersebut sehingga akhirnya Ali bisa berangkat ke Baitullah.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta