GUNUNGKIDUL, iNews.id - Di Dusun Ngluweng Kalurahan Ngleri Kapanewon Playen Gunungkidul ada empat rumah dijadikan lokasi syuting film horor KKN Di Desa Penari. Sebelum dijadikan sebagai lokasi syuting, empat rumah tersebut telah diseleksi oleh kru film.
Subardo (51) salah satu pemeran hantu dan juga bertugas menjadi Linmas selama syuting berlangsung menceritakan sebenarnya ada 6 rumah yang ia tawarkan untuk lokasi syuting. Namun pihak produser film hanya memperkenankan empat lokasi yang digunakan.
"Salah satunya adalah rumah milik Ngadiyo, rumah yang dijadikan rumah utama pelaksanaan syuting film tersebut,"ujar dia.
Rumah Ngadiyo lokasinya memang berada di pinggiran. Rumah tersebut dipilih menjadi pusat atau rumah utama syuting film KKN di desa penari beberapa waktu yang lalu karena letaknya yang cukup terpencil.
Rumah tersebut sebagian berdinding bambu dan kayu ini berada di bawah rimbunan pohon bambu dan memiliki aura mistis tinggi. Bahkan warga sekitar menganggapnya sebagai rumah angker sehingga wajar jika digunakan untuk lokasi film horor.
"Di lokasi ini beberapa adegan film diambil dengan memanfaatkan berbagai sudut rumah tersebut,"katanya.
Beberapa adegan yang diambil di rumah tersebut di antaranya adalah ketika Bima dan Ayu meregang nyawa di atas tempat pembaringan. Adegan lain yang menegangkan diambil di rumah tersebut adalah ketika Bayu melempar bungkusan kepala monyet yang berlumuran darah. "Adegan tersebut diambil di sisi kiri rumah Ngadiyo," ujarnya.
Kemudian adegan ketika salah seorang warga mengintip Widya dari luar dan yang nampak hanya ular. Di mana jalan ceritanya ada mengintip ada ular terus warga berbondong-bondong membawa kayu dan senjata ingin menangkapnya.
Selain itu ada juga adegan ketika para peserta KKN tersebut menikmati kopi di luar ruangan. Di mana bagian depan rumah Ngadio di-setting dengan menempatkan beberapa meja kursi untuk minum kopi tersebut."Di dalam itu ruangan-ruangan diubah semua. Dicat dengan warna hitam, pokoknya seram," ujarnya.
Jika dari lokasi syuting rumah pertama dan kedua yang awalnya dijadikan posko KKN maka untuk menuju ke rumah Ngadiyo harus melewati jalan setapak yang ditumbuhi dengan rimbunan pohon.
Ngadiyo bersama istrinya tinggal di rumah yang sebenarnya belum lama dibangun. Rumah tersebut awalnya miring karena digoyang gempa 2006 dan oleh pemiliknya dirobohkan sekalian sehingga mendapatkan bantuan dari pemerintah kategori rusak berat sebesar Rp15 juta.
Editor : Putra