Saking seramnya rumah tersebut, warga yang kebetulan diundang untuk mengikuti acara kendurian syukuran selesainya syuting tersebut justru merasa ketakutan. Karena saat dilaksanakan kendurian syukuran tersebut setting rumah sama sekali tidak berubah mirip dengan adegan film tersebut.
Usai syuting film tersebut selesai dilakukan, pemilikpun enggan untuk menempati rumah tersebut. Mereka mengaku ku takut untuk tinggal di rumah yang konon bertambah seram usai syuting film ini.
"Mbah Ngadiyo itu juga meninggal usai syuting film tersebut. Tetapi bukan karena syuting, beliau sudah sakit cukup lama,"ujarnya.
Kini rumah tersebut dibiarkan kosong oleh pemiliknya karena istri Mbah Ngadiyo enggan tinggal di rumah tersebut dan memilih bersama dengan anaknya. Di samping itu anak-anaknya beserta cucu Mbah Ngadiyo juga enggan tinggal di rumah tersebut karena takut.
Karena menjadi sentra syuting film KKN di Desa Penari maka pemilik rumah memasang tarif sewa cukup tinggi. Kala itu pemilik rumah meminta tarif sebesar Rp18.500 dan diamini oleh produsen film tersebut. "Dari uang sewa tersebut pemilik rumah ternyata mampu membeli sebidang tanah di tempat lain,"ujarya.
Dukuh Ngluweng, Istri Rahayu juga memiliki pengalaman mistis di rumah tersebut. Istri mengakui rumah Ngadiyo memang angker. Suatu ketika dirinya mendatangi rumah Ngadiyo untuk mengantar zakat mal dari seseorang.
Editor : Putra