TOKYO, iNews.id - Sebuah desa di pulau Shikoku, Jepang, dipenuhi ratusan orang-orangan sawah. Orang yang melintasi desa bernama Nagoro itu sekilas akan melihat banyak penduduk beraktivitas di ladang, sawah, jalanan, serta pekarangan rumah, padahal mereka sebenarnya boneka.
Nagoro identik dengan desa yang masih sangat menjaga tradisi. Masih banyak ditemui gubuk beratap jerami, ladang gandum, serta jembatan dari kayu di sana.
Tsukimi Ayano merupakan sosok di balik ratusan orang-orangan sawah itu. Dia sengaja membuat boneka yang sekilas mirip manusia itu agar desanya terlihat ramai. Populasi penduduk Nagoro terus berkurang dari waktu ke waktu, banyak rumah yang tak berpenghuni lagi.
Ayano menilai cara terbaik untuk menghadapi populasi lokal yang semakin berkurang adalah menggantinya dengan ratusan boneka dengan ukuran layaknya manusia. Tak heran Nagoro juga dijuluki dengan Kakashi no Sato atau Desa Orang-orangan Sawah.
Sejauh ini Ayano sudah membuat lebih dari 300 boneka orang-orangan sawah selama beberapa tahun.
Mulanya, Ayano kembali ke Nagoro pada 2002 setelah lama meninggalkan desanya. Dia terkejut mendapati kampung halamannya itu sangat sepi karena ditinggal penghuni.
Saat itu hanya ada 27 orang di Nagoro, itu pun sebagian besar sudah pensiun. Sebagian besar penduduk meninggalkan desa demi mencari penghidupan lebih baik di kota terdekat.
Setelah itu Ayano punya ide membuat orang-orangan sawah dengan tangannya. Bukan hanya itu setiap boneka diberi nama dan memiliki kisah hidup masing-masing.
Setelah beberapa tahun Ayano membuat 300 lebih orang-orang sawah. Selain di ladang dan rumah, boneka-boneka itu ditempatkan di depan toko, halte bus, serta gimnasium.
Host channel YouTube Tokyo Lense Norm Nakamura yang mengunjungi desa itu memberikan kesan Nagaro sekilas menyeramkan.
"Ini sebenarnya hampir menakutkan,” ujarnya, saat membuka pintu sebuah bangunan yang di dalamnya ada puluhan orang-orangan sawah yang duduk memandang ke arah pintu.
Namun di sisi lain, Nakamura sangat terkesan dengan tekad Ayano untuk mengubah desanya menjadi hidup.
Berkat keterampilannya itu Nagoro berubah menjadi objek wisata sehingga bisa membantu merevitalisasi desa.
"Tidak ada orang yang mampir. Sekarang banyak orang berkunjung. Saya berharap Nagora akan kembali semarak dan banyak orang datang ke sini untuk jalan-jalan," kata Ayano, merujuk saat sebelum dia membuat orang-orangan sawah.
Editor : Putra
Artikel Terkait