Mitos Kesenian Dongkrek Madiun, Ritual Pengusir Setan hingga Pagebluk

Putra
Kesenian Dongkrek di Kabupaten Madiun sebagai penolak bala foto: istimewa

Perkembangan luar biasa ini membutuhkan waktu yang panjang, sehingga Dongkrek dapat diterima oleh masyarakat sebagai sebuah ciri khas seni budaya yang diwarisi.

"Ini harus kita jaga dan kembangkan sebagai kearifan lokal yang adiluhung."kata Bupati Madiun, Ahmad Dawami, saat menghadiri Parade Dongkrek di Mejayan.

Lanjutnya, Dawami menambahkan bahwa pemerintah bakal terus mengembangkan Kesenian Dongkrek untuk menjadi daya tarik wisata dengan mengadakan Parade Dongkrek setiap tahun.

“Parade ini akan melibatkan semua pihak yang terlibat dalam seni Dongkrek, termasuk pelaku seni, penggiat budaya, dan lembaga pendidikan di Kabupaten Madiun, sehingga anak didik kita, generasi muda tidak lupa akan kesenian Dongkrek,” terangnya.

Dongkrek pun hadir menjadi media penolak bala berbagai penyakit. Kesenian ini diciptakan oleh almarhum Raden Ngebehi Lho Prawirodipuro yang saat itu menjabat sebagai Palang atau pejabat membawahi empat hingga lima Kepala Desa di Mejayan pada waktu itu. Pada 1915 atau 1916, Ngebehi Lho Prawirodipuro wafat.

Keunikan tari dongkrek ada pada properti yang digunakan, yakni topeng. Pemakaian topeng dimaksudkan untuk mengetahui sifat-sifat tokoh yang diperagakan.

Ada tujuh topeng yang digunakan, yakni topeng Genderuwo Merah, Genderuwo Hitam, Genderuwo Putih, Genderuwo Kuning, Roro Ayu, Roro Perot, dan Kakek Sakti,yang identik dengan karakter masing-masing.

Editor : Putra

Sebelumnya

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network