Ternyata Begini Kisahnya hingga Kiai Abbas Dijuluki Angkatan Udara NU saat Hadapi Jepang dan Belanda

Vitrianda Hilba Siregar
Kiai Abbas dari Cirebon. Foto: Dok

JAKARTA, iNewsPonorogo.id - Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya bukan hanya menjadi tonggak sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, tetapi juga mengungkap kisah heroik para ulama yang turut berjuang di garis depan.

Selain nama-nama besar seperti KH Hasyim Asy'ari dan KH Wahab Chasbullah, ada dua sosok kiai yang perannya tak kalah penting, adalah Kiai Abbas dari Cirebon dan Kiai Muhaiminah dari Temanggung.

Menurut Abdul Latif Malik, cucu KH Wahab Chasbullah, Kiai Abbas, sahabat karib KH Hasyim Asy'ari, memiliki peran krusial dalam memobilisasi massa untuk bertempur di Surabaya.


Kiai Abbas Buntet Cirebon Foto: Ist 

"Sebelum berangkat perang, Mbah Hasyim meminta semua menunggu kedatangan Kiai Abbas dari Cirebon. Begitu Kiai Abbas tiba, semangat juang para pejuang langsung membara," ungkap Gus Latif.

Kisah unik Kiai Abbas tak berhenti sampai di situ. Beliau dijuluki "angkatan udara NU" karena memiliki kemampuan supranatural. Ada cerita yang menyebutkan bahwa Kiai Abbas dapat terbang dan bahkan menjatuhkan pesawat musuh.

Meskipun terdengar fantastis, Gus Latif mengisahkan bahwa seorang rekannya Dekan Fakultas MIPA ITS Surabaya, Agus Zainul pernah bertemu dengan mantan tentara Jepang yang mengaku melihat kejadian aneh saat pertempuran Surabaya. "Orang Jepang itu bilang ada pasukan Indonesia yang bisa terbang dan melempar pesawat," ujar Gus Latif.

Sementara itu, Kiai Muhaiminah, yang dijuluki "divisi infanteri NU", lebih fokus pada aspek spiritual dan taktik perang darat. Sebelum berangkat berperang, beliau mengasamai senjata-senjata sederhana seperti bambu runcing dengan doa-doa khusus. "Bambu runcing yang telah dibacakan doa dianggap memiliki kekuatan magis dan mampu melumpuhkan musuh," kata Gus Latif.

Hingga kini, pondok pesantren tempat Kiai Muhaiminah pernah mengajar masih berdiri di Parakan, Temanggung. Sebagai bentuk penghormatan, pondok pesantren tersebut diberi nama Bambu Runcing.

Kisah kedua kiai ini membuktikan bahwa perjuangan kemerdekaan Indonesia tidak hanya melibatkan kekuatan fisik, tetapi juga kekuatan spiritual. Mereka adalah pahlawan sejati yang namanya mungkin kurang dikenal luas, namun kontribusi mereka sangat besar bagi bangsa Indonesia.

Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network