Pihaknya menilai bahwa, ada etika dan kepatutan dalam berpolitik. Batas kepatutan itu tidak boleh diterjang. Sebagai seorang kader yang menjunjung asas demokrasi, kata dia, ketika demokrasi itu sendiri tidak ada di partai, maka pilihannya mundur dari Partai Demokrat.
"Jika Ketum menginginkan seorang figur untuk memimpin Demokrat Jatim, sebaiknya sejak awal tidak perlu Musda. Ajak bicara saya dan DPC pendukung saya, daripada harus dikecewakan di akhir," katanya.
Bayu menegaskan, keputusan mundur ini sebagai bentuk tanggung jawab dirinya kepada 25 DPC yang mendukungnya dalam Musda. Beberapa kali setelah pengumuman Musda, lanjut dia, dirinya ditawari sejumlah jabatan pengurus di Demokrat Jatim. "Tapi saya menolak itu. Sikap itu sebagai bentuk rasa prihatin saya atas matinya demokrasi di Demokrat," ujarnya.
Diketahui, Emil Elestianto Dardak terpilih sebagai Ketua DPD Partai Demokrat Jatim periode 2022-2027. Wakil Gubernur Jatim itu ditetapkan sebagai ketua setelah bersaing ketat dengan Bayu Airlangga pada Musda DPD Partai Demokrat Jatim di Surabaya beberapa waktu lalu. Emil mengantongi 13 dukungan DPC. Sedangkan Bayu mengantongi 25 dukungan DPC.
Editor : Putra
Artikel Terkait