Melalui aplikasi inilah, pemuda berusia 32 tahun ini memperoleh sisa limbah minyak jelantah dari sejumlah rumah tangga, restoran, kafe, hingga industri rumahan yang ada di Malang. Kemudian limbah ini dikelola dengan menerapkan prinsip ekonomi sirkular melalui pemberdayaan masyarakat.
Total ada 1.500 pengguna aktif dari 5.000 pengunduh yang memanfaatkan layanan aplikasi tersebut. Mereka rutin menyetorkan yang lantas dijemput oleh timnya ke rumah-rumah atau lokasi yang sudah ditentukan.
"Setelah melalui proses tersebut, nantinya akan ada Pahlawan atau orang-orang yang bertugas mengambil minyak jelantah ke rumah-rumah, home industri dan lain sebagainya. Kemudian, minyak jelantah akan terlebih dahulu ditimbang beratnya sebelum disetorkan," ujarnya.
Warga dapat memperoleh uang dari minyak jelantah yang dihargai satu kilogramnya sebesar 3.000 poin. Dari poin tersebut bisa ditukarkan dalam bentuk uang tunai melalui rekening. Selain itu, juga bisa dirupakan dalam bentuk e-money untuk ditukarkan di merchant terdekat.
Saat ini dalam waktu sebulan, Zerolim bisa menampung jelantah hingga 20 ton per bulan. Dari jumlah tersebut, sebanyak 30 persen bisa diolah menjadi biodiesel. Zerolim juga tidak melibatkan pihak ketiga pada proses pengelolaan minyak jelantah yang ada.
"Kami sendiri yang mengelola, kemudian hasil produknya kita pasarkan ke nelayan pesisir di Jawa Timur sebagai bahan bakar penggerak kapal atau perahu, kemudian juga kita ekspor ke beberapa negara," katanya.
Editor : Putra
Artikel Terkait