JAKARTA, iNews.id - Perusahaan otobus (PO) Antar Lintas Sumatera atau yang lebih dikenal ALSmerupakan salah satu PO bus legendaris asal Sumatera Utara. Nama besar ALS tidak hanya menggema di kampung halamannya tapi juga seluruh Indonesia.
Dalam perjalanannya, ALS banyak menorehkan sejarah di dunia perbusan Tanah Air. Lantas seperti perjalanan PO ALS hingga sukses sampai sekarang? Dilansir dari berbagai sumber, Kamis (6/7/2022), berikut kisahnya.
PO ALS didirikan tujuh saudagar bersaudara yang diiniasi H Sati Lubis di Kotanopan, Mandailing Natal, Sumatera Utara Berawal dari truk untuk membawa hasil bumi, mereka duduk bersama membangun usaha perusahaan angkutan penumpang.
Pada 29 September 1966, PO ALS resmi berdiri dan kini menjadi perusahaan otobus terbesar di Sumatera sekaligus menjadi salah satu yang tertua di Indonesia.
PO ALS juga terkenal sebagai bus dengan barang bawaan paling banyak di atasnya dan memiliki trayek terjauh di Indonesia. Trayek terjauh ALS menempuh rute Medan, Sumatera Utara hingga Jember, Jawa Timur.
Pada masa awal berdiri, ALS memulai kiprahnya dengan membuka trayek dari Kotanopan ke Medan menggunakan bus Chevrolet C50. Seiring perkembangan bisnis, ALS memindahkan markasnya ke Medan hingga sekarang.
ALS pun membuka banyak rute baru dan menjadi salah satu pelopor transportasi penghubung antar kota di Sumatera, meliputi Pekanbaru, Banda Aceh, Bengkulu, Jambi, Palembang, Padang dan Lampung.
Hingga 1970-an, jangkauan ALS masih belum seluas seperti sekarang. Armada ALS hanya beroperasi di Sumatera, paling jauh ke Bakauheni, karena jika ke Jawa kapal yang ada belum memadai mengangkut kendaraan besar.
Baru setelah memasuki 1980-an, seiring tersedianya kapal feri berukuran besar, ALS mulai menapakan rodanya di Tanah Jawa. Trayek yang dibuka mencakup Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, hingga Surabaya.
Saat ini, trayek terjauh dari perusahaan otobus ALS adalah dari Medan menuju Jember. Ini menempuh jarak perjalanan nyaris 3.000 km atau sekitar 2.920 km. Perjalanannya memakan waktu hingga satu minggu untuk sampai ke kota tujuan.
Jarak tempuh yang jauh dan waktu tidak sebentar membuat kru bersama penumpang bersama setiap saat. Dari sinilah banyak para penumpang yang mengenali para kru bus ALS hingga muncul ungkapan naik sebagai penumpang, turun sebagai saudara.
Editor : Putra