get app
inews
Aa Text
Read Next : Belum Terungkap! Laka Lantas Diduga Libatkan Oknum Polisi, Kapolres: Sudah Diperiksa

Jenderal Polisi Ini Tak Izinkan Anaknya Masuk Akabri, Alasannya Bikin Merinding, Ini Kisahnya!

Rabu, 19 Juli 2023 | 12:00 WIB
header img
Mantan Kapolri Jenderal Polisi Hoegeng Foto: Ist

MANTAN Kapolri Jenderal Polisi (Purn) Hoegeng Iman Santoso tidak mengizinkan anaknya masuk Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri).

Keputusan ini terungkap melalui buku berjudul "Dunia Hoegeng, 100 Tahun Keteladanan" yang ditulis oleh wartawan senior bernama Farouk Arnaz.

Aditya Soetanto Hoegeng, anak kedua dari Hoegeng, bercita-cita untuk masuk Akabri agar dapat masuk ke dunia militer. 

Namun, untuk mendaftar, salah satu syaratnya adalah surat izin dari orang tua. Adit datang dengan semangat dan percaya diri ke Markas Besar (Mabes) Polri untuk meminta izin kepada ayahnya, Jenderal Hoegeng.

Ketika tiba di Mabes Polri, dia tidak langsung diizinkan masuk, melainkan diminta untuk menunggu oleh ajudan Hoegeng. Akhirnya, setelah beberapa waktu, dia diizinkan untuk masuk.

Pada pertemuan itu, Adit melihat Hoegeng bukan sebagai seorang ayah yang biasanya ramah dan hangat kepada anak-anaknya. Dia merasa gugup karena melihat dua sisi Hoegeng yang berbeda secara bersamaan.

Di satu sisi, dia melihat Hoegeng sebagai ayahnya sendiri, namun di sisi lain, dia berhadapan dengan seorang Kapolri yang memperlakukannya seperti tamu lainnya. 

Kapolri yang menjabat dari tahun 1968 hingga 1971 hanya menjawab "nanti saja" ketika Adit menyampaikan niatnya membutuhkan surat izin orang tua. Pembicaraan mereka tidak berlangsung lama, dan setelah itu Hoegeng kembali meneruskan pekerjaannya.

Hoegeng tidak menyapa atau mempersilakan Adit untuk duduk, malah melanjutkan pekerjaannya yang menumpuk di meja kerja. Kecewa dengan sikap ayahnya, Aditya langsung pulang.

Namun, ketika Hoegeng kembali ke rumah, dia berperilaku seperti seorang bapak kepada anak dan suami kepada istri. Hoegeng bahkan tidak membicarakan kejadian di kantor dan hanya menanyakan apakah Adit sudah makan.

Setelah menunggu selama kurang lebih tiga hari, ajudan Hoegeng memberitahu Aditya bahwa ayahnya telah menunggunya di Mabes Polri. 

Adit siap secara mental dan ketika tiba di Mabes Polri, Hoegeng bertanya tentang keputusannya untuk masuk ke dunia militer.

Namun, saat itu Hoegeng justru menyarankan agar anaknya tidak masuk polisi. Dia tidak ingin ada "Hoegeng lainnya" di instansi kepolisian. Adit merasa ingin tertawa, tapi juga takut.

Setelah berbincang, Adit menanyakan surat izin yang diminta beberapa hari sebelumnya. Namun, Hoegeng tidak memberikannya dan meminta Adit pergi. Adit menyadari bahwa pendaftaran Akabri sudah ditutup dua hari sebelumnya.

Hoegeng memantau hingga hari terakhir pendaftaran sebelum memanggil Adit. Adit merasa kecewa dan marah karena cita-citanya untuk masuk Akabri tidak tercapai hanya karena ayahnya tidak memberikan surat izin.

Dalam kemarahannya, Aditya melukai kuas milik Hoegeng yang digunakan untuk melukis.

Ketika Hoegeng pulang bekerja, dia meminta pembantu untuk memanggil Adit, tetapi Adit menolak bertemu dengan ayahnya karena masih kesal. Akhirnya, Hoegeng sendiri datang ke kamarnya dan berbicara dari hati ke hati dengan anaknya.

Dengan perasaan yang masih kesal, Adit akhirnya setuju untuk keluar dari kamar dan berbicara di meja makan bersama ayahnya. Namun, Adit tetap tidak mau melihat wajah ayahnya karena masih merasa kesal dengan kejadian sebelumnya.

Hoegeng mengatakan bahwa mereka akan bicara sebagai Hoegeng dan anak, antara seorang ayah dan anak. Dia meminta Adit untuk tidak berkomentar atau menyanggah sampai dia selesai berbicara.

Hoegeng menjelaskan mengapa dia tidak mengizinkan Adit bergabung di Akabri. Dia tidak ingin jabatannya sebagai Kapolri memengaruhi atau memudahkan anaknya masuk Akabri. 

Setelah menjelaskan alasan secara rinci, dengan kerendahan hati, Hoegeng berdiri dari kursinya dan mendekati anaknya sambil meminta maaf.

Pada akhir pembicaraan di meja makan, Hoegeng dengan polosnya bertanya kepada Adit mengapa kuasnya digunduli. Adit merasa perasaannya berubah drastis dan mengaku belajar banyak dari ayahnya.

Meskipun peluang Adit untuk masuk Akabri dan menjadi anggota polisi sangat besar, Hoegeng melihat lebih jauh dan menganggap ayahnya sebagai sosok yang sangat humanis dalam mendidik anak-anaknya.

Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut