Masih menurut Wiyoto, mengungkapkan bahwa memang tarian ini mempunyai keunikan tersendiri dari pemain, kostum hingga ada unsur mistis yang selalu digandengkan dengan kesenian Keling.
Diantaranya bekas kostum yang digunakan juga tidak bisa dibuang disembarang tempat, harus dibuang di Dukuh Mojo, jika setelah pertunjukan ke luar daerah.
‘’2017 ketika ada acara parade budaya di Kediri ada yang membuang kostum tersebut di hutan Sukun. Sejak saat itu hingga sekarang banyak yang melihat kemunculan sosok keling di sekitar hutan tersebut,’’ ungkapnya.
Terkait dengan pemain tari Keling yang identik dengan tubuh hitam itu, Wiyoto menjelaskan bahwa itu menggunakan campuran minyak curah dan arang.
"Membuat hitam seluruh tubuh itu, menggunakan campuran minyak curah dengan arang atau serbuk hitam," pungkasnya.
Dalam bahasa Sansekerta, tarian ini bisa diartikan dengan tarian hitam atau juga keling karena penarinya yang berkeliling.
Editor : Putra