get app
inews
Aa Read Next : Bentuk Rasa Syukur, Masyarakat Adat Kelurahan Kepatihan Ponorogo Purak 3 Buceng Raksasa

Pendaftaran Reog ke Unesco Terganjal Bulu Merak, Ada Penangkarannya di Ponorogo

Senin, 28 Agustus 2023 | 20:03 WIB
header img
Upaya Reog Ponorogo diakui dunia oleh UNESCO foto: iNewsPonorog.id/Putra

PONOROGO, iNewsPonorogo.id - Ditengah adanya berbagai kabar terkait upaya pendaftaran kesenian Reog Ponorogo ke UNESCO, tersebut kembali mengalami kendala. Dimana penggunaan bulu merak dan kulit harimau dalam kesenian Reog tersebut dipertanyakan oleh lembaga PBB dalam bidang pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan tersebut.

Menurut Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy, terdapat beberapa persyaratan dari UNESCO yang harus dipenuhi dalam upaya pendaftaran kesenian Reog Ponorogo. Salah satunya adalah pemakaian bulu burung merak dan kulit harimau, yang keduanya tergolong binatang langka dan dilindungi.

“Penggunaan bulu burung merak dan kulit harimau. 2 hal ini yang mengganjal,” kata Muhadjir Effendy dalam pres rilisnya.

Penggunaan bulu merak dan kulit harimau dalam kesenian Reog Ponorogo memunculkan perbincangan yang kompleks.

Terlepas dari itu semua, ternyata di Ponorogo ada seorang anak muda yang saat ini tengah melakukan penangkaran terhadap burung merak, bernama Rian Priya Handoko.

Pemuda asal Desa Galak, Kecamatan Slahung, Ponorogo tersebut. Memang sengaja memelihara burung merak, karena memang kecintaan nya terhadap hewan, terlebih burung.

“Saya sangat senang dan hobi pelihara burung. Kalau burung Merak selain langka juga bagus apalagi ketika bulunya mengembang,” ujar Rian.

Saat ini, Rian sudah berhasil memelihara tiga pasang burung merak di rumahnya. Dia memiliki niat baik untuk melestarikan burung langka ini dan bahkan berencana untuk melakukan pembiakan lebih lanjut.

Selain hobi, Rian juga ingin memanfaatkan bulu-bulu merak yang rontok sebagai bahan baku untuk kerajinan reog.

“Bagi saya sebenarnya, semakin banyak yang melakukan penangkaran, semakin senang. Selain itu nanti bulunya yang rontok bisa untuk kerajinan reog,” terangnya.

Disamping itu, masih menurut Rian, selain untuk menjag dari kepunahan, Ia juga berkeinginan untuk menjadikan penangkaran merak dirumahnya bisa sebagai wisata edukasi.

“Ke depan saya juga ingin mengembangkannya sebagi tempat wisata edukasi bagi anak-anak. Sehingga mereka tetap bisa melihat burung merak secara langsung,” pungkasnya.

Penggunaan bulu merak dalam Reog juga menimbulkan beragam tanggapan. Ada yang berpendapat bahwa menggunakan bulu hewan yang dilindungi dapat merugikan upaya konservasi. Meski sebenarnya bulu merak tidak lantas dicabuti secara paksa, namun cuma memungut bulu yang rontok.

Berbagai upaya memang terus dilakukan oleh pemerintah daerah serta masyarakat agar bisa mendapat pengakuan bahwa Kesenian Reog itu berasal dan milik masyarakat Ponorogo. Alhasil tidak lagi kuwatir akan klaim dari negara lain.

Editor : Dinar Putra

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut