JAKARTA, iNews.id - Kangker Payudara merupakan kasus yang paling banyak ditemui di seluruh dunia. Sekitar 7,8 juta perempuan terdiagnosa menderita penyakit ini dalam kurun waktu 2015-2020.
Maka itu, diperlukan deteksi dini untuk dapat mengatasi kanker ini. Ya, deteksi dini menjadi faktor penting dalam menyelamatkan penderita kanker payudara.
Bahkan, berdasarkan riset Alkabban dan Ferguson pada 2018, sebanyak 93 persen kanker payudara stadium 2 masih bisa diselamatkan jika terdeteksi dini selama lima tahun pertama.
Di Indonesia, DeBio Network menjalin kerjasama dengan Sekolah Tinggi Teknologi dan Sains Hayati ITB memfasilitasi tes genetik untuk mendeteksi risiko kanker payudara. Deteksi ini bisa dilakukan hanya dari rumah.
Adapun penelitian yang dikembangkan adalah dengan mengembangkan screening untuk mendeteksi mutasi di gen BRCA-1 dan BRCA-2, yang diduga kuat berhubungan dengan risiko kanker payudara, rahim, prostat, pankreas, dan melanoma.
Peneliti dari Sekolah Tinggi Ilmu dan Teknologi Hayati ITB Dr. rer. Nat. Marselina Irasonia Tan mengatakan, selama ini mamografi masih diandalkan menjadi screening paling umum untuk mendapatkan citra kondisi payudara. Dengan mendeteksi keberadaan gen penyebab kanker, maka potensi ini bisa terdeteksi jauh lebih cepat lagi.
"Mendeteksi mutasi BRCA 1 / 2 sangat penting, terutama dalam memberikan terapi terbaik untuk pasien. Mutasi BRCA 1 / 2 bisa diobservasi menggunakan DNA sel bebas, potensi komponen dari biopsi likuid," ujar Dr. rer. Nat. Marselina melalui keterangannya dikutip Jumat (8/4/2022).
Untuk itulah, lanjut dia, DeBio Network menjalin kerjasama dengan SITH-ITB menyediakan layanan tes genetika BRCA berbasis urin. Tes ini hanya membutuhkan pengiriman 5 mL sampel urin dalam waktu maksimal 63 hari.
Selanjutnya tes akan berfokus kepada mutasi exon2 dari gen BRCA-1, sehingga bisa diketahui risiko munculnya kanker payudara atau rahim di masa depan.
Sementara itu, Dr. Karlia Meitha, ahli biomolekul dan genetika dari SITH ITB menyatakan, metode tes yang baru ini memungkinkan pengambilan sampel secara non-invasif, tidak seperti metode lain yang membutuhkan pengambilan darah.
Pandu Sastrowardoyo selaku CEO DeBio mengatakan, kanker payudara dan rahim hanya langkah awal dalam berinovasi dalam menyelamatkan perempuan di seluruh dunia.
"Ke depan, akan ada ribuan penyakit dan kanker lainnya yang bisa dideteksi sejak dini dengan basis desentralisasi layanan kesehatan," ujar Pandu.
Editor : Putra