Faktor pertama adalah tekanan tinggi terhadap Greenland menciptakan kondisi hangat dan cerah. Faktor kedua adalah awan rendah dan hujan salju yang membuat radiasi sinar matahari memanaskan permukaan lempengan es.
Pemanasan global, kata Colgan,"luar biasa pentingnya" pada kejadian-kejadian seperti ini. "Yang perubahan iklim lakukan adalah menambah besar peluang dalam menciptakan kondisi cuaca yang menyebabkan lempengan es menjadi mencair sedemikian banyak," ujarnya.
Jika tren ini berlanjut, menurut Profesor Edward Hanna selaku peneliti iklim dari Universitas Lincoln, Greenland bisa memecahkan rekor pelelehan tahun ini.
"Masalahnya dengan tren iklim, sebagaimana kita pantau selama 20 tahun terakhir, ketika kondisi semakin panas di Greenland, tidak perlu kejadian khusus untuk mencairkan seluruh permukaan es," ujarnya kepada BBC.
Konkuensinya, kata dia, tidak hanya dirasakan di Greenland tapi juga di seluruh dunia.
Ketika lautan es mencair, khalayak yang bertumpu padanya dalam bidang transportasi, berburu, dan menangkap ikan diperkirakan akan menderita. Pada skala global, Profesor Hanna mengatakan "peningkatan permukaan laut adalah peristiwa besarnya".
"Kita kehilangan kira-kira 250 miliar ton es per tahun secara rata-rata. Begitu banyak daratan beralih menjadi lautan," ujarnya.
Colgan mengatakan khalayak harus mencamkan bahwa pelelehan pada 13 Juni adalah "kejadian satu hari yang mengejutkan dalam konteks besaran dan bahwa itu terjadi sangat dini".
Sebagaimana ditunjukkan dalam kajian, menurutnya, pemanasan global berarti akan ada kejadian pelelehan yang lebih ekstrem di masa mendatang.
"Kita akan bisa melihat kejadian seperti ini lebih banyak terjadi di masa depan," tandasnya.
artikel ini telah tayang di Okezone dengan judul: https://news.okezone.com/read/2022/10/10/18/2684414/lautan-es-di-greenland-mencair-secara-misterius-acaman-bencana-mengintai-dunia?page=2
Editor : Putra
Artikel Terkait