DALAM suatu ceramah, Gus Musa Muhammad menceritakan kisah Imam Abu Hanifah yang berhasil mengubah pandangan seorang pria di Kufah, Irak, dan membawanya untuk bertaubat dari tuduhan sesatnya.
Imam Abu Hanifah, yang hidup antara tahun 80 hingga 150 Hijriah, dikenal sebagai seorang ulama dari kalangan Ahlul Ra'yi (orang yang menggunakan logika dalam mengambil hukum agama) dengan kecerdasan berfikir yang luar biasa.
Pada suatu waktu di Madinah, Imam Abu Hanifah bertemu dengan Imam Malik, pendiri Mazhab Maliki, yang tengah berkumpul bersama beberapa sahabatnya.
Setelah pertemuan tersebut, Imam Malik bertanya kepada sahabat-sahabatnya tentang siapa Abu Hanifah. Mereka tidak mengetahuinya, lalu Imam Malik menjelaskan bahwa Abu Hanifah adalah Nu'man bin Tsabit, orang yang jika ia mengatakan bahwa tiang masjid itu emas, orang akan menggunakan perkataannya sebagai argumen.
Pujian Imam Malik terhadap Abu Hanifah tidaklah berlebihan, karena Abu Hanifah memang memiliki kemampuan yang luar biasa dalam berargumen.
Ia memiliki kemampuan tangkap yang cepat, cerdas, dan wawasan yang luas. Banyak kisah yang membuktikan kekuatan argumentasinya saat berdiskusi dengan lawan bicara dalam berbagai perdebatan.
Salah satu kisah yang menunjukkan keahlian Abu Hanifah dalam mengubah pandangan seseorang adalah ketika ia berhasil membawa seorang pria terhormat dari Kufah, Irak, untuk bertaubat.
Pria tersebut telah tersesat dan menyebarkan kabar palsu bahwa Utsman bin Affan, sahabat Nabi, pada awalnya adalah seorang Yahudi dan kemudian kembali menjadi Yahudi setelah memeluk Islam.
Imam Abu Hanifah mendengar kabar tersebut dan segera menemui pria tersebut. Ia berbicara bahwa ia datang untuk melamar putri pria tersebut untuk sahabatnya.
Pria tersebut terkesan dengan kehormatan Abu Hanifah dan bertanya tentang peminang tersebut. Abu Hanifah menjelaskan bahwa peminang tersebut adalah seorang yang terhormat, kaya, dermawan, hafal Kitabullah, dan beribadah dengan tekun.
Namun, saat Abu Hanifah mengungkapkan bahwa peminang tersebut sebenarnya seorang Yahudi, pria tersebut menolak keras dan menyatakan bahwa ia tidak akan pernah menikahkan putrinya dengan seorang Yahudi.
Abu Hanifah mengaitkannya dengan tuduhan palsu yang ia sebarkan tentang Utsman bin Affan. Pria tersebut tersentak dan dengan cepat menyesal atas tuduhan buruknya. Akhirnya, ia bertaubat dari tuduhannya yang salah.
Imam Abu Hanifah, yang nama aslinya adalah an-Nu'man bin Tsabit, lahir di Kufah, Irak pada tahun 80 H dan meninggal di Baghdad, Irak pada tahun 150 H. Kematian Abu Hanifah bertepatan dengan kelahiran Imam Syafi'i.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta
Artikel Terkait