Kemudian untuk Dusun Sukun, dropping mulai dilakukan karena sejak bulan juni lalu, 41 warga atau sekitar 17 kepala keluarga sudah mengalami krisis air bersih. Sumur resapan yang ada di tepi sungai kini sudah mengering. Akibatnya warga di dusun tersebut terpaksa membeli air isi ulang seharga Rp7 ribu untuk satu galonnya, yang digunakan untuk kebutuhan minum dan memasak.
Sementara untuk kebutuhan mandi dan mencuci, warga harus menempuh jarak sekitar dari 3 km untuk mencari sumber mata air.
“Kita mengalami krisis air bersih sejak sekitar bulan 6 akhir itu sudah mulai kekurangan air bersih karena di sumur sudah mulai mengering. Selama ini kita hanya mengandalkan air dari aliran sungai saja,” pungkas Nurhadi Wibowo Ketua RT.
Selain melakukan dropping air bersih menggunakan dua truk tangki. BPBD Ponorogo rencananya juga akan melakukan kajian demi mengantisipasi terjadinya krisis air bersih di musim kemarau panjang seperti saat ini.
Editor : Putra
Artikel Terkait