“Sebenarnya ada yang menjual air isi ulang, namun harganya cukup mahal, dan cuma mendapat sedikit,” terangnya.
Dalam sehari Sumarni dan warga lain bisa datang ke tempat sumur resapan tersebut sebanyak 4 kali demi memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Kadang juga harus mengantri bahkan tidak kebagian air karena banyaknya warga yang mengambil,” pungkasnya.
Krisis air bersih seperti ini sudah terjadi setiap tahunnya. Sementara droping air bersih masih dianggap kurang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Warga cuma berharap ada solusi untuk mengatasi krisis air ini setiap musim kemarau seperti sekarang ini.
Editor : Putra
Artikel Terkait