Mengenal Ritual Sakral Mangkuk Merah Suku Dayak, Pertanda Perang

Putra
Mengenal ritual Mangkuk Merah yang sangat sakral foto: istimewa

JAKARTA, iNewsPonorogo.id - Suku Dayak menjadi salah satu suku di Indonesia, yang masih kental akan ritual sakral, diantaranya adalah Ritual Mangkuk Merah. Tradisi ini bukan hanya sebagai bagian dari menjaga warisan leluhur, tetapi juga sarat makna serta mencerminkan hubungan erat mereka dengan nenek moyangnya.

Ritual Mangkuk Merah memiliki peran penting kepada masyarakat Dayak untuk tetap waspada terhadap potensi gangguan dari pihak lain. Selain itu, mangkuk merah juga menjadi media penghubung yang kuat antara suku Dayak dengan leluhur mereka.

Masyarakat Dayak meyakini bahwa dengan melaksanakan ritual ini, roh nenek moyang akan memberikan dukungan spiritual dalam melawan musuh. Lebih dari itu, ritual ini memiliki kekuatan untuk mengajak seluruh masyarakat Dayak bersatu dan bersiap untuk berperang.

Penting juga dipahami bahwa ritual ini tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang. Hanya panglima atau pemimpin suku yang memiliki hak dan kewenangan untuk melaksanakannya. Hal ini disebabkan ada konsekuensi besar akan ditanggung oleh yang melakukan ritual ini.

Meskipun disebut sebagai "mangkuk merah," bukan berarti itu adalah wadah berwarna merah. Sebaliknya, dalam mangkuk tersebut berisi darah merah yang memiliki makna simbolis yang dalam. Darah ini menjadi bukti kuat bahwa suku Dayak bersedia untuk mempertahankan dan memperjuangkan identitas serta keberadaan mereka sampai titik darah penghabisan.

Selain darah, dalam mangkuk merah juga terdapat helai bulu burung dan selembar daun lontar. Helai bulu burung melambangkan bahwa kabar atau pesan dapat disampaikan dengan cepat, seperti burung terbang dengan cepat. Sementara daun lontar memiliki makna sebagai simbol pelindung yang melindungi pesan dari cuaca ekstrem, baik panas maupun hujan.

Setelah semua elemen ritual dimasukkan ke dalam mangkuk, panglima atau pemimpin suku akan membungkusnya dengan kain merah. Selanjutnya, mangkuk merah ini akan dibawa ke panyagu, sebuah tempat suci, ketika matahari terbenam.

Di sana, panglima akan melaksanakan ritual untuk berkomunikasi dengan roh leluhur mereka. Suku Dayak yakin bahwa leluhur mereka akan memberikan jawaban melalui pertanda-pertanda dari alam sekitar.

Pada tahap berikutnya, tubuh panglima akan dirasuki oleh roh leluhur. Mereka akan mengeluarkan kata-kata magis yang akan dimengerti oleh suku Dayak lainnya.

Ritual ini tidak hanya tentang mempertahankan identitas suku, tetapi juga tentang menjaga hubungan spiritual dengan leluhur dan alam sekitarnya.

Editor : Putra

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network