Dirikan Hamas dan Melawan Israel
Yassin muda aktif terlibat dalam mendirikan cabang Ikhwanul Muslimin di Palestina. Pada 1973, dia mendirikan badan amal Islam Mujama al-Islamiya di Gaza dan diakui oleh Israel pada 1979.
Pada 1984, dia dan beberapa orang lainnya dipenjara karena diam-diam menimbun senjata. Pada 1985, dia dibebaskan sebagai bagian dari Perjanjian Jibril.
Pada tahun 1987, selama Intifada Pertama, Yassin mendirikan Hamas bersama Abdel Aziz al-Rantisi. Hamas awalnya dimaksudkan sebagai sayap paramiliter Ikhwanul Muslimin Palestina.
Pada 1989, Yassin ditangkap oleh Israel dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup karena memerintahkan pembunuhan terhadap orang-orang Palestina yang berkomplot dengan Israel.
Pada 1997, Yassin dibebaskan sebagai bagian dari perjanjian dengan Yordania menyusul upaya pembunuhan yang gagal terhadap pemimpin Hamas Khaled Mashal oleh Mossad di Yordania.
Yassin dibebaskan sebagai ganti dua agen Mossad yang telah ditangkap oleh otoritas Yordania, dengan syarat dia menahan diri untuk tidak terus menyerukan bom bunuh diri terhadap Israel.
Setelah dibebaskan, Yassin melanjutkan kepemimpinannya di Hamas. Dia kembali membuat seruan untuk menyerang Israel, menggunakan taktik termasuk bom bunuh diri, sehingga melanggar syarat pembebasannya.
Yassin berusaha menjaga hubungan dengan Otoritas Palestina. Menurutnya, bentrokan kedua pihak hanya akan merugikan kepentingan rakyat Palestina.
Mulai 2003, Yassin semakin gencar menggerakkan Hamas melawan Israel termasuk dengan taktik bom bunuh diri di bus. Dia pun jadi target pembunuhan oleh intelijen dan militer Israel, membuatnya terpaksa menyembunyikan lokasi diri.
Yassin pernah mengatakan serangan bom bunuh diri anggota Hamas memang menargetkan warga sipil Israel, yang menurutnya sebagai pembalasan atas kematian warga sipil Palestina oleh pasukan Israel.
“Israel menargetkan warga sipil Palestina, jadi warga sipil Israel harus menjadi sasaran. Mulai sekarang, seluruh rakyat Israel menjadi sasaran,” katanya kepada wartawan pada 2003.
"Kita telah menerima pesan dari Israel. Mereka kini harus mengharapkan jawabannya." tegasnya.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta
Artikel Terkait