PONOROGO, iNews.id - Sejumlah perajin reog Ponorogo, tetap bertahan hingga saat ini, meski pandemi covid 19 membuat omzet mereka turun drastis. Dimana penjualan sovenir, aksesoris bahkan hingga peralatan kesenian reog, sedikit banyak dipengaruhi pada ada atau tidak pertunjukan reog Ponorogo.
Salah satu penjual souvenir Reog, yang ada di Jalan Letjen Suprapto, Kelurahan Keniten Ponorogo, Widi Wardoyo, mengaku sejak 2 tahun terakhir pandemi COVID-19. Dia hanya mampu menjual satu dadak merak ke Palembang.
"Padahal dulu sebelum pandemi, saat ada pagelaran pentas seni, festival Reog, Grebeg Suro itu selalu laris. Kalau Pandemi kan tidak boleh ada pertunjukan reog, akhirnya omzet juga menurun," tuturnya.
Masih Menurut Widi, menggeluti usaha penjualan souvenir Reog sejak 25 tahun lalu, dalam kurun dua tahun ini omzetnya menurun hingga 70 persen.
"Dulu omzet Rp 30-60 juta, sekarang Rp 10-20 juta menurun," papar Widi.
Widi menambahkan jika biasanya ada kegiatan di Ponorogo, para wisatawan domestik bakal belanja souvenir Reog. Mulai dari baju penadon hingga perlengkapan Reog lain.
"Turis domestik kalau pulang Ponorogo biasanya belanja, belum lagi mereka yang ikut dalam groub reog, pasti mereka beli," imbuhnya.
Salah satu toko suvenir dan peralatan Reog Ponorogo (foto; iNews.id Putra)
Masih menurut Pria 58 tahun ini, dirinya dan juga perajin reyog lainnya, tetap bertahan meski menjadi yang terdampak pandemi COVID 19.
"Kita tetap bertahan, karena tidak bisa jika harus beralih usaha yang lain, disamping kecintaan terhadap kesenian reog, agar tetap lestari," terangnya.
Widi pun berharap pandemi selesai dan hilang. Serta ekonomi bisa menggeliat kembali. Pentas segera dimulai.
"Sekarang kan Covid 19 sudah mulai menurun, sehingga geliat ekonomi juga bangkit kembali, sehingga perajin reog bisa berjaya kembali," pungkas Widi.
Editor : Putra
Artikel Terkait