PONOROGO, iNews.id - Isu klaim Kesenian Reog oleh negara Malaysia menjadi perhatian serius dari berbagi element termasuk masyarakat Ponorogo. Selain itu ditambah Kemendikbudristek tak mengusulkan Reog Ponorogo ke UNESCO sebagai warisan budaya tak benda.
Sejumlah seniman berbagai daerah termasuk mereka yang ada di Kota Reog, dengan menggelar pertunjukan reog berturut-turut, di depan Paseban Alun-Alun sebagai bentuk protes.
Salah satu seniman Reog Ponorogo Yosika (27) mengaku jika reog tak masuk ke ICH UNESCO tahun ini, dia tak masalah secara pribadi. Sebab, Reog Ponorogo bakal tetap jaya, serta pemain akan tetap tampil dimanapun berada dan perajin akan terus berkarya.
"Kalau yang menjadi khawatirkan kami, jika Reog Ponorogo diklaim (negara lain) itu, sedangkan untuk tidak masuk UNESCO, suatu saat pasti akan berjuang terus supaya masuk ke ICH UNESCO," tuturnya.
Masih menurut Yosika, saat menggelar aksi di depan Paseban, berbagai komunitas paguyuban Reog Ponorogo berkumpul menunjukkan kekompakan. Hal ini bagian dari usaha agar Reog Ponorogo masuk ke ICH UNESCO.
"Intinya seniman Reog Ponorogo ingin pemerintah berjuang masuk ke UNESCO, agar ada pengakuan secara internasional,”imbuhnya.
Menurutnya, supaya Reog Ponorogo tetap lestari, memang harus ada regenerasi. Caranya dengan adanya Grebeg Suro, Festival Reog serta ekstrakurikuler reog di sekolah agar para siswa mengenal Reog sejak dini.
"Apa lagi selama 2,5 tahun ini seniman Reog Ponorogo tidak pentas, karena pandemi, Covid 19. Mudah-mudahan habis ini bisa kembali pentas, sehingga Reog bisa terus eksis," terangnya.
Sementara salah satu penari jathil, Oding Galuh Maharani (23) mengatakan bahwa, generasi penerus yang mencintai dan melestarikan Reog Ponorogo tetap ada dimanapun dan sampai kapanpun.
"Rakyat Ponorogo dan seniman Reog Ponorogo tetap melestarikannya walaupun di era pandemi maupun di era apapun. Untuk kegiatannya biasa tetap ada latihan dan tampil seperti biasanya," jelasnya.
Editor : Putra
Artikel Terkait