Terkait hal tersebut, Joko Mursito mengatakan objek wisata Sermo ini kalau dilihat dari jumlah kunjungan melalui TPR dengan jumlah tiket yang terjual jelas tidak bisa berbanding lurus. Meskipun banyak lalu lalang orang, Sermo agak spesifik.
"Orang ke Sermo belum tentu berwisata, karena jalur Sermo juga jalur yang memang diperuntukkan untuk masyarakat. Jalur tersebut merupakan satu-satunya akses yang bisa digunakan untuk lalu lintas masyarakat setempat," katanya.
Selain itu, hal yang lagi tren di Sermo adalah camping. Biasanya yang melakukan atau menyukai camping adalah remaja seperti mahasiswa dan pelajar, sehingga saat libur Lebaran hampir pasti anak-anak yang sekolah atau kuliah di Yogyakarta ini, semuanya mudik. "Sehingga wisatawan khusus camping tidak banyak dan relatif sedikit," katanya.
Selain itu, Joko juga mengakui wisata perahu yang lama tidak beroperasi perlu ada benah-benah dulu. Kemudian, ada persoalan yang melekat di Waduk Sermo. Waduk Sermo akan ramai ketika ada kegiatan, seperti jatilan, dangdut dan band. Maka jumlah pengunjung akan mengalami peningkatan.
Di masa sekarang ini, instansi atau masyarakat masih belum diperbolehkan menggelar kegiatan di objek wisata yang berpotensi mengundang massa dalam jumlah banyak dan berkerumun.
"Itu yang menjadi dasar dan alasan kami, kenapa Sermo jumlah kunjungan turun. Dilihat dari jumlah tiket yang terjual dan lalu lalang yang lewat tidak bisa berbanding lurus, dan juga dibedahnya jalan baru sebelah utara yang akan mengganti jalan yang dilewati seperti biasanya juga menambah akses," katanya.
Editor : Putra
Artikel Terkait