JAKARTA, iNewsPonorogo.id - Dinamika politik koalisi perubahan cukup tinggi. Proses konsolidasi yang digagas Partai NasDem, PKS dan Demokrat dinilai masih panjang dan terjal. Setelah mereka menyatakan mendukung Anis Baswedan.
Dirketur Eksekutif Indonesia Political Power Ikhwan Arif mengatakan tantangan berikutnya mempertahankan koalisi poros perubahan ditengah isu penjagalan yang semakin kuat.
Ikhwan Arif menilai, aksi Nasdem dan sikap Demokrat serta PKS terkait pembentukan sekretariat perubahan tidak lepas dari kompleksitas internal Koalisi Perubahan. Ia menilai, Nasdem juga pemegang kunci, karena sudah mendeklarasikan Anies sebagai bakal capres.
Sementara itu, PKS dan Demokrat butuh koalisi perubahan karena kedua partai itu sulit berkomunikasi dengan koalisi lain.
“Jadi Nasdem punya kartu utama Anies Baswedan, sedangkan PKS dan Demokrat tidak mungkin melepaskan Anies begitu saja. Dimana selama ini ruang koalisi Demokrat dan PKS ada di poros perubahan. Kalaupun bergabung dengan poros koalisi lain, kecil kemungkinan terjadi, terlebih PKS dan Demokrat terkesan bergantung pada figur Anies,” kata Ikhwan, dalam keterangannya.
Ikhwan menilai, Nasdem bisa dikategorikan seperti soal deadlock koalisi perubahan hingga penjajakan diri ke partai lain sebagai ancaman, karena partai di koalisi perubahan enggan mendeklarasikan Anies sebagai Bakal Calon Presiden.
“Jadi ancaman secara halus yang dilontarkan Partai Nasdem wajar, ketika kalkulasi politik antara Demokrat dan PKS terhadap Nasdem belum juga menentukan titik terang, padahal komunikasi politik yang dibangun lama," kata Ikhwan.
“Apalagi poros perubahan secara resmi belum mendeklarasikan mendukung Anies, jadi wajar saja Nasdem membutuhkan kepastian mau lanjut atau tidak di poros perubahan, terlebih koalisi lain sudah membentuk deklarasi secara resmi seperti KIB, KIR, hingga sudah ada sekber koalisi,” sambungnya.
Selain itu, ketiga partai juga dinilai akan mengalami kerugian jika koalisi perubahan tidak terbentuk.
Nasdem tidak akan terlalu rugi karena mengunci Anies lewat sosialisasi partai. Di sisi lain, Demokrat dan PKS akan dirugikan karena keduanya kesulitan mempromosikan kandidat lain.
PKS dan Demokrat bahkan dinilai kecil kemungkinan jika berpindah, karena partai lain sudah mulai menentukan kandidat bakal capres-cawapresnya. “PKS dan Demokrat akan sulit membangun chemistry politik di luar poros perubahan.
Menurut Ikhwan, menambahkan, wajar jika Nasdem menjajaki koalisi lain karena tidak ada kepastian resmi dari PKS maupun Demokrat. Kecuali ada pernyataan baik dari PKS serta Demokrat ‘Mendukung penuh Anies sebagai capres.’ Hingga hari ini deklarasi secara resmi pun belum ada,” kata Ikhwan.
Masih menurut Ikhwan, aksi Demokrat menggagas sekber perubahan adalah tanda bahwa manuver Nasdem dalam pengusungan Anies berhasil.
Partai-partai di koalisi perubahan sepakat untuk membentuk koalisi secara penuh. Ikhwan pun juga menilai kedatangan Nasdem ke Sekber Gerindra-PKB demi meningkatkan daya tawar Anies, dengan harapan partai lain mau merapat.
Di sisi lain, Ikhwan tidak memungkiri kalau aksi Nasdem datang ke Sekber Gerindra-PKB sebagai sinyal untuk menghentikan aksi Demokrat yang ngotot ingin menyandingkan AHY dengan Anies.
Akan tetapi apa yang dilakukan Nasdem bukan berarti sebagai upaya menekan elektabilitas Demokrat yang kini berada di atasnya dalam sejumlah survei. Meski semua partai di koalisi perubahan akan dapat efek elektoral dari pengusungan Anies.
Editor : Putra