Sheikh Ahmed Yassin: Pendiri Hamas yang Lumpuh sejak Kecil, Melawan Israel dari Kursi Roda
![header img](https://img.inews.co.id/media/600/files/networks/2023/11/10/f477a_sheik-yassin.jpg)
Yassin lahir di al-Jura, sebuah desa kecil dekat kota Ashkelon, di British Mandate of Palestine. Menurut paspor Palestina, dia lahir 1 Januari 1929, namun dia pernah mengaku sebenarnya lahir pada musim panas 1936.
Ayahnya; Abdullah Yassin, meninggal saat dia berusia tiga tahun. Setelah itu, dia dikenal di lingkungannya sebagai Ahmad Sa'ada merujuk pada nama ibunya; Sa'ada al-Habeel. Hal ini untuk membedakannya dengan anak dari ketiga istri ayahnya yang lain.
Yassin memiliki empat saudara laki-laki dan dua saudara perempuan. Dia dan seluruh keluarganya melarikan diri ke Gaza, menetap di Kamp al-Shati setelah desanya dibersihkan secara etnis oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) selama Perang Arab-Israel tahun 1948.
Yassin muda pernah mendaftar dan sempat kuliah di Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir. Namun dia tidak dapat melanjutkan kuliah karena kondisi kesehatannya memburuk.
Dia akhirnya dididik di rumah dengan berbagai disiplin ilmu, seperti filsafat, agama, politik, sosiologi, dan ekonomi. Sosoknya yang pintar dan memiliki pengetahuan duniawi yang luas, membuat banyak orang tertarik menjadi pengikutnya.
Saat itu, dia aktif ceramah setelah salat Jumat dan pengikutnya semakin banyak. Untuk menopang hidup, Yassin muda bekerja sebagai guru bahasa Arab di sebuah sekolah dasar di Rimal, Gaza—tentu dengan kondisinya yang menggunakan kursi roda.
Dari waktu ke waktu, Yassin semakin populer. Pengikutnya semakin bertambah. Dia menikah dengan salah satu kerabat dekat; Halima Yassin, pada 1960 di usia 22 tahun. Pasangan ini mempunyai 11 anak.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta