Pembuangan Limbah Salah Satu Dapur MBG di Ngawi Disebut Cemari Lahan Pertanian
NGAWI, iNewsPonorogo.id - Keberadaan adanya Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau dapur makanan bergizi gratis (MBG) memang lagi menjadi perhatian, selain soal berbagai permasalahan, namun tidak sedikit yang disambut rasa senang para penerimanya.
Kemudian yang juga diperhatikan adalah soal pembuangan, seperti halnya yang terjadi Kabupaten Ngawi. Dimana viral dimedia sosial SPPG Kecamatan Paron diduga membuang limbah cairnya ke saluran irigasi petani.
Terkait hal ini Anggota Komisi VI DPR RI, Budi Sulistyono merespon laporan tersebut, hingga melakukan sidak bersama intansi terkait, termasuk Kepala DLH Ngawi Dodi Aprilasetia dan Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Ngawi, Supardi, guna memastikan kebenarannya.
SPPG yang dikelola oleh Yayasan Kesejahteraan Sosial Al Azhar ini diduga membuang limbah cairnya melaui saluran pipa langsung ke saluran irigasi yang ada dibelakang bangunan. Dimana disekitar bangunan merupakan area persawahan milik warga.
Mengetahui hal ini langsung mendapat teguran kepada pengelola SPPG untuk segera melakukan perbaikan sesuai ketentuan agar tidak lagi terjadi pencemaran.
"Saya lihat dapur MBG ini tidak direncanakan dengan baik, hanya sebatas memasak dan penyaluran makanan saja, namun untuk limbah kurang perhatikan," kata Budi Sulistyono.
Lanjutnya, Kanang panggilan akrab Budi Sulistyono menambahkan bahwa, seharusnya pihak SPPG memperhitungkan juga tentang kemana limbah harus disalurkan, sehingga tidak berdampak pada pencemaran lingkungan sekitar.
“Mungkin mereka menganggapnya saluran irigasi ini alternatif yang bisa digunakan untuk membuang kotoran, sabun cucian dan sebagainya," terangnya.
Tentang instalasi pengelolaan air limbah (IPAL) dari SPPG Jambangan ini, dianggap masih banyak kekurangan, bahkan diantaranya terkait stadarisasi dan kepemilikan Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan Hidup (SPPLH).
"Secara teknis dalam pengelolaan IPAL di SPPG ini kami melihat kurang standar harus ada beberapa yang harus dibuat terutama pengolahan airnya. Dari 33 SPPG di Ngawi sebagian sudah berkordinasi," ungkap Kepala Dunas Lingkungan Hidup Ngawi, Dodi Aprilasetia.
Sementara itu pihak pengelola SPPG Jambangan, mengakui adanya pengelolaan limbah sejak dioperasionalkan selama dua minggu terakhir yang kurang tepat.
"Kami mengakui masih banyak kekurangan dan hingga kini kami masih melakukan perbaikan karena kami berkomitmen untuk mensukseskan MBG ini," pungkas pengelola SPPG Jambangan, Rubait Burhan Hudaya.
Sejak SPPG ini didirikan, beberapa petani disekitar menjadi was-was akan hasil panen padi mereka karena pertumbuhanya mulai terganggu akibat air irigasi tercemar limbah.
Editor : Putra