MALAM 1 Muharram atau dikenal sebagai Malam Tahun Baru Islam bagi masyarakat Jawa juga dikenal sebagai malam 1 Suro. Bagi masyarakat Jawa, malam 1 Suro dianggap sebagai malam yang sakral pula di mana biasanya banyak yang melakukan ritual.
Menurut salah satu tokoh Kejawen di Gunungkidul yang aktif dalam berbagai kegiatan pelestarian alam, Sigit Nurwanto mengungkapkan, malam 1 suro adalah malam tahun barunya masyarakat Jawa. Di mana biasanya di malam 1 Suro tersebut, masyarakat Jawa akan melakukan instropeksi diri apa yang telah dilakukan pada tahun yang telah dilalui dan menyambut tahun yang baru.
"Dan semoga andaikan di tahun yang dilalui itu dia melakukan kesalahan yang tidak benar pada dirinya di dalam mengarungi 1 tahun itu ia berharap agar tidak mengulanginya di tahun yang akan datang," terang lelaki yang juga berprofesi sebagai Dalang Muda ini.
Malam 1 Suro tersebut sakral bagi masyarakat Jawa di mana sakralnya orang Jawa itu di sana terdapat moment-moment untuk instropeksi diri. biasanya tradisi atau adat yang berjalan mengiringi malam 1 Suro tersebut adalah tradisi prihatin.
Tradisi prihatin itu biasanya dilakukan dengan topo broto atau ngesu budi dalam rangka instropeksi. Karena di Jawa itu ada tiga jenis prihatin yaitu Ngelih (Lapar), Mlaku (Berjalan) dan Melek (Tidak tidur). dan itulah yang biasanya dilakukan masyarakat Jawa ketika malam 1 Suro.
Ngelih atau lapar biasanya Laku (melakukan) Prihatin dengan cara puasa biasanya instropeksi dengan puasa atau cegah dahar (menahan untuk makan). Biasanya masyarakat Jawa melakukan puasa selama beberapa hari yaitu sejak malam satu suro hingga beberapa hari memudian.
Editor : Putra
Artikel Terkait