Warna benang Tridatu juga sebagai lambang Kesucian Tuhan dalam manifestasinya sebagai Tri Murti:
1. Merah: Dewa Brahma (pencipta)
2. Hitam: Dewa Wisnu (pemelihara)
3. Putih: Dewa Siwa (pelebur).
Benang Tridatu juga sebagai lambang Tri Kona, yaitu lahir, hidup, dan mati. Dengan memakai benang Tridatu, diharapkan manusia semakin mawas diri dalam perjalanan hidup yang dimulai sejak kelahiran hingga kematian.
Sejarah Gelang Tridatu
Pada abad 14-15 masehi, Dalem Watu Renggong berkuasa sebagai raja di Bali. Dia menaklukkan Dalem Bungkut (Nusa) dan terjadi kesepakatan antara Dalem Bungkut dengan Dalem Watu Renggong.
Kesepakatan itu berisi penyerahan kekuasaan Nusa kepada Dalem Watu Renggong. Disepakati juga, semua rencang dan ancangan Ratu Gede Macaling akan selalu melindungi umat Hindu dan masyarakat Bali yang bakti dan taat kepada leluhur. Mereka yang lalai akan dihukum oleh para rencang Ratu Gede Macaling.
Saat itulah gelang Tridatu digunakan sebagai simbol untuk membedakan masyarakat yang taat kepada leluhur dan yang tidak taat.
Penggunaan gelang Tridatu kini telah menjadi identitas masyarakat Bali, khususnya yang beragama Hindu. Namun tak jarang gelang itu juga dipakai sebagai aksesoris warga non-Hindu.
artikel ini telah tayang di iNews.id dengan judul: https://bali.inews.id/berita/gelang-tridatu/2
Editor : Putra
Artikel Terkait