Deretan 8 Mantan Gubernur DKI Berlatar Belakang Militer, Siapa Saja?

Mirsya Anandari
Deretan 8 Gubernur DKI yang berlatar belakang militer diantaranya Sutiyoso (foto: istimewa)

JAKARTA, iNewsPonorogo.id - Sejumlah mantan Gubernur DKI ini berlatar belakang militer. Kepemimpinan gubernur militer dimulai dari Daan Jahja hingga Sutiyoso (Bang Yos).

Bahkan, gubernur militer ada yang memimpin ibu kota hingga dua periode. Sebut saja Soemarno Sosroatmodjo, Ali Sadikin (Bang Ali), dan Sutiyoso.

Berikut 8 mantan Gubernur DKI Jakarta berlatar belakang militer dihimpun dari berbagai sumber;

1. Daan Jahja (1948 - 1950)

Era kepemimpinan militer di Jakarta dimulai dari Brigjen TNI (Purn) Daan Jahja. Dia menjadi Gubernur Militer Jakarta Raya selama dua tahun yaitu 1948-1950. Dia juga pernah menjabat Panglima Divisi Siliwangi. Mantan Atase Militer RI di Mesir, Syria, dan Yordania (1954-1956) itu terlibat aktif ketika rapat raksasa di Lapangan Ikada, Jakarta/Monas.

Saat menjabat Gubernur DKI, Daan Jahja berhasil menyelesaikan masalah administratif pemerintahan Jakarta yang sebelumnya diatur Belanda. Brigjen TNI (Purn) Daan Jahja. 

2. Soemarno Sosroatmodjo (1960-1964) dan (1965-1966)

Soemarno Sosroatmodjo menjabat Gubernur DKI selama dua periode yakni 1960-1964 dan 1965-1966. Di bidang militer, pria kelahiran Jember, 24 April 1911 ini adalah dokter yang kerap bertugas di wilayah pelosok.

Ketika memimpin Jakarta, dia juga merangkap sebagai Menteri Dalam Negeri. Tugas berat Soemarno saat itu menjadi tuan rumah ajang Asian Games 1962 di Jakarta.

Pembangunan berbagai fasilitas dikebut demi kelancaran pekan olahraga terbesar di Asia tersebut. Soemarno pun dihadapkan permasalahan kebutuhan tempat tinggal warga. Untuk mengatasinya, dia menggagas program rumah minimum yang menyasar masyarakat menengah ke bawah.

3. Ali Sadikin (1966-1972) dan (1972-1977)

Ali Sadikin merupakan salah satu Gubernur DKI legendaris. Pria kelahiran 7 Juli 1926 ini sebelumnya aktif di Korps Komando TNI Angkatan Laut (AL). Bang Ali yang dikenal tegas dan keras memimpin Jakarta selama dua periode yakni 1966-1972 dan 1972-1977.

Semasa menjabat, Bang Ali melakukan banyak perubahan pada wajah ibu kota, mulai dari pembangunan Kebun Binatang Ragunan, Taman Ismail Marzuki (TIM), Taman Ria Monas, dan pelestarian budaya Betawi di kawasan Condet.

Kiprah Bang Ali di luar Gubernur DKI juga mumpuni yakni Menteri Perhubungan Laut Kabinet Kerja dan Menteri Koordinator Kompartemen Maritim (Menteri Perhubungan Laut Kabinet Dwikora).

4. Tjokropranolo (1977-1982)

Tjokropranolo menjadi Gubernur DKI periode 1977-1982. Sebelumnya, dia adalah asisten mantan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin selama satu tahun. Saat berkiprah di dunia militer, Tjokropranolo pernah bertugas sebagai pengawal pribadi Jenderal Besar Soedirman. Dia ikut bergerilya bersama Soedirman untuk memperjuangkan kemerdekaan.

Tidak hanya di medan perang, Tjokropranolo juga bertugas di balik layar seperti kepala intelijen dalam berbagai konflik dan sekretaris militer untuk presiden. Ketika menjabat Gubernur DKI, pria kelahiran Temanggung, 21 Mei 1924 ini fokus pada permasalahan kemiskinan warga.

Dia mengalokasikan ratusan tempat untuk para pedagang kecil dan sering mengunjungi berbagai pabrik untuk mengecek kesejahteraan buruh. Pada 29 Agustus 1977, dia meresmikan kembali Kereta Api Jabodetabek yang hampir 20 tahun tidak beroperasi di Jakarta. Sebanyak 24 kereta rel disel (KRD) dan 20 kereta rel listrik (KRL) beroperasi setiap harinya dengan tarif Rp50 per orang saat itu.

5. Soeprapto (1982-1987)

Raden Soeprapto adalah Gubernur DKI periode 1982-1987. Selama berkarier di militer, dia pernah menjabat Komandan Pasukan Infanteri, Wakil Komandan Batalyon, hingga Pangdam XVII Udayana.

Konsep yang digunakan Soeprapto saat menjabat Gubernur DKI yakni stabilitas, keamanan, dan ketertiban. Dia juga meluncurkan Master Plan DKI Jakarta untuk periode 1985-2005 yang kini dikenal Rencana Umum Tata Ruang dan Rencana Bagian Wilayah Kota.

Kemudian, upaya Soeprapto yang paling terkenal yaitu gagasannya membangun Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Cengkareng, Jakarta Barat yang kini masuk wilayah Tangerang, Banten. 

6. Wiyogo Atmodarminto (1987-1992)

Wiyogo Atmodarminto atau Bang Wi adalah Gubernur DKI periode 1987-1992. Sebelum jadi gubernur, Bang Wi pernah menjabat Panglima Kowilhan II tahun 1981-1983 dan Panglima Kostrad (1978-1980) dengan pangkat Letjen TNI. Dia juga pernah terlibat dalam Serangan Umum 1 Maret 1949.

Pria kelahiran 22 November 1922 ini dikenal sebagai gubernur yang terbuka dan disiplin. Bang Wi menerapkan konsep BMW yaitu Bersih, Manusiawi, dan Wibawa untuk mengatasi berbagai masalah di Jakarta.

Kebijakan paling kontroversial yakni penghapusan becak dari jalanan Jakarta. Bang Wi menganggap becak sebagai penyebab kemacetan dan transportasi kuno. Para tukang becak dialihkan menjadi sopir angkot atau bus. Wiyogo Atmodarminto.

7. Soerjadi Soedirdja (1992-1997)

Letjen TNI (Purn) Soerjadi Soedirdja merupakan Gubernur DKI dari kalangan militer yang menjabat selama 1992-1997.

Lulusan Akademi Militer 1962 ini pernah bertugas sebagai Kasdam IV Diponegoro Jawa Tengah (1986-1988), Pangdam Jaya hingga 1990. Terakhir, Soerjadi menjadi Asisten Sospol ABRI hingga 1992.

Menjabat Gubernur DKI, Soerjadi membangun rumah susun, memperbanyak kawasan hijau, serta membangun jejaring jalan tol dalam kota dan luar kota. Dia juga berinisiasi membangun proyek kereta bawah tanah. Letjen TNI (Purn) Soerjadi Soedirdja.

8. Sutiyoso (1997-2002) dan (2002-2007)

Letjen TNI (Purn) Sutiyoso atau Bang Yos menjabat Gubernur DKI selama dua periode yaitu 1997-2002 dan 2002-2007. Selama berkarier di militer, Bang Yos menjabat Asisten Personel, Asisten Operasi, dan Wakil Komandan Jenderal Kopassus pada tahun 1988-1992.

Pada 1994, dia terpilih sebagai komandan resimen terbaik ketika menjabat sebagai Kepala Staf Kodam Jaya kemudian menjadi Pangdam Jaya (1996-1997). Sutiyoso dikenal sebagai sosok kontroversial lantaran membangun busway atau bus Transjakarta.

Kebijakan mengatasi kemacetan dan mengurangi kendaraan pribadi agar beralih ke transportasi massal ini sempat diprotes banyak orang. Namun, Bang Yos jalan terus pada pendiriannya dengan mengembangkan busway.

Hingga akhirnya pada 15 Desember 2006 dia menerima penghargaan 2006 Asian Air Quality Management Champion Award dari Clear Air Initiative for Asian Cities (CAI) bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup atas prestasinya dalam pembangunan Bus Rapid Transit (BRT) terbesar di Asia. 
 

 



Artikel ini telah diterbitkan di SINDOnews dengan judul: 8 Mantan Gubernur DKI dari Masa ke Masa Berlatar Belakang Militer 
 



 

Editor : Putra

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network