Setiap harinya, masih menurut Rukesi, bisa menghabiskan 72 liter ketan, yang nantinya menghasilkan sekitar 300 bungkus rengginang.
“Setiap hari rata-rata ya 72 liter ketan, untuk sekitar 300 bungkus rengginang. Setiap hari produksi untuk memenuhi permintaan,” ungkapnya.
Rukesi dan suami memang, sudah membuat rengginang sejak 25 tahun yang lalu. Awalnya dulu coba-coba membuat rengginang karena memang lebih mudah, dan ternyata laku sampai sekarang.
“Biasanya yang paling banyak pesanan waktu lebaran, namun pada musim hajatan juga permintaan tinggi, kadang sampai kuwalahan,” tambahnya.
Lanjutnya, Rukesi menyebut jika penjualan rengginang buatannya tidak hanya di kota Ponorogo saja, namun tidak sedikit juga pesanan dari luar kota.
“Kalau di jumlah rata-rata, setiap bulan ada kalau 5000 bungkus terjual, malah kadang bisa lebih. Tidak cuma Ponorogo, namun sampai luar kota,” bebernya.
Sementara itu Kepala Desa Purworejo, Didik Subagio menjelaskan bahwa memang sejak dulu, didesanya banyak yang membuka usaha pembuatan rengginang.
“Pembuatan rengginang ini, bisa menambah ekonomi keluarga, terutama bagi ibu-ibu yang memang bekerja di pembuatan jajanan rengginang,” ujarnya.
Selain itu, harga rengginang juga cukup terjangkau dan jika ditanya rasanya pastinya sangat enak dan renyah.
“Rasanya memang enak, lebih renyah, dan harga mulai Rp8 sampai Rp16 ribu, tergantung kemasan dan jumlahnya,” pungkasnya.
Editor : Putra
Artikel Terkait