Lanjutnya, Rochim menambahkan bahwa dirinya dan petani lain hanya bisa pasrah dan mencabuti tanaman cabai yang sudah mati dan yang tak bisa lagi diselamatkan. Namun jika tanaman ini tumbuh subur, dalam 5 hari sekali mereka bisa memanen sedikitnya 80 hingga 90 kilogram.
“Jika tidak rusak, sekali panen ,satu kotak biasanya 70 sampai 90 kilogram. Setiap 5 hari sekali panen. Sekarang keadaan sudah kayak gini mungkin satu kotak 1 sampai 2 kilogram sudah untung,” terangnya.
Sementara itu menurut Kepala Desa Ronosentanan, Agung Priyanto, matinya tanaman cabe para petani ini sudah terjadi sejak awal bulan oktober lalu. Bahkan luas lahan yang tanaman cabe rusak, lebih dari 40 hektar.
“Petani cabe di ronosentanan sangat mengenaskan. Tidak ada hasilnya sama sekali, baru mau petik sudah gagal panen. Padahal desa ini, salah satu sentra penghasil cabe,” pungkasnya.
Kini petani terpaksa mengganti tanaman cabe dengan tanaman lain, seperti jagung sambil menunggu masa tanam padi.
Editor : Putra
Artikel Terkait