get app
inews
Aa Text
Read Next : Pria Ini Sebar Foto Telanjang Mantan Kekasih, Hanya Karena Tak Terima Diputus

Cerita Penyair Chairil Anwar Kasmaran dengan Gadis Jatim

Jum'at, 15 Juli 2022 | 03:00 WIB
header img
Chairil Anwar (foto: repro/ist dari Dolf Verspoor).

Isinya hanya buku-buku dan selembar handuk kecil yang sudah lusuh.

“Baju pun cuma yang melekat di badan yang dibawanya,” kata RM Djojosepoetro ayah Mirat seperti dikutip dari buku Aku, Berdasarkan Perjalanan Hidup dan Karya Penyair Chairil Anwar (1987).

Chairil bertemu Mirat di Pantai Cilincing, Jakarta pada tahun 1943, sebuah tempat tamasya kala itu. Chairil dan Mirat lantas berpacaran.

Keduanya kerap menonton film berdua. Chairil seorang penyair, sedangkan Mirat gemar melukis di sanggar S Sudjojono, Affandi dan Basuki Abdullah, yakni para perupa kawan dekat Chairil Anwar.

Singkat kata, keduanya memiliki hobi sama.

Di rumah Mirat yang berada di Kebon Sirih Jakarta, Chairil kerap bertandang.

Mirat yang selalu ingin mendalami karya Chairil Anwar, tidak pernah alpa membincang karya-karya sang kekasih.

Saat Mirat pulang kampung ke Paron, Jawa Timur, Chairil Anwar menyusul, dan sempat tinggal beberapa hari.

Di suatu malam, saat seluruh keluarga besar Mirat berkumpul, ayah Mirat menanyai Chairil.

“Masih akan berapa lama lagi kau di sini Nak?”

“Saya masih senang di sini”

“Apa kau tidak bersekolah lagi?”

“Ada sekolah apa rupanya di jaman edan seperti sekarang ini?”

“Atau bekerja, barangkali?”

“Bekerja? Ya, tiap hari, tiap detik saya bekerja”

“Di mana?”

“Di mana-mana!”

“Yang tetap?”

Ditanya soal pekerjaan tetap, Chairil Anwar diam sejenak. Lalu dia menjawab bahwa gambaran kerja yang rutin masuk di pagi hari dan pulang siang hari, baginya pekerjaan yang tidak perlu dia lakukan.

“Ah, kerja yang itu tak usahlah!,” kata Chairil

“Kenapa tak usahlah? Semua orang bekerja semacam itu!”

Chairil Anwar beralasan semua orang bekerja semacam itu. Kakeknya, bapaknya, dan bahkan ayah Mirat juga disebutnya bekerja semacam itu.

Karenanya Chairil berpendapat dirinya tak perlu melakukan hal yang sama.

“Kenapa tidak perlu? Memangnya apa, siapa anakda ini?,” tanya ayah Mirat kembali.

“Karena sekali berarti, sesudah itu mati. Karena gambaran hidup seorang seniman adalah hidup yang melepas bebas!.

Chairil Anwar menoleh kepada Mirat yang duduk terpisah dari orangtua dan kakak-kakaknya. Kepala gadis tambatan hatinya itu tertunduk.

Chairil pun melanjutkan ucapannya yang langsung ditujukan kepada Mirat.

Editor : Putra

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut