Rehman merasa bahwa meninggalkan Bangladesh akan membantu anaknya memiliki masa depan yang lebih baik.
Maka pada 2020, ketika Yasmin baru berusia beberapa tahun, keluarga itu menyeberang ke negara tetangga India.
Perkiraan bervariasi, tetapi organisasi pengungsi percaya ada antara 10.000 dan 40.000 pengungsi Rohingya di India. Banyak yang telah berada di negara ini sejak 2012.
Selama bertahun-tahun, orang-orang Rohingya di sini telah menjalani kehidupan sederhana yang mengundang sedikit kontroversi. Tetapi setelah seorang menteri federal India bulan ini mengatakan di Twitter bahwa para pengungsi akan diberikan perumahan, fasilitas dan perlindungan polisi, kehadiran mereka di Delhi menjadi berita utama baru.
Ratusan ribu pengungsi Rohingya, termasuk anak-anak, tinggal di kamp di Cox's Bazaar, Bangladesh. (Foto: Getty Images)
Beberapa jam kemudian pemerintah Partai Bharatiya Janata (BJP) yang berkuasa di India membantah telah menawarkan fasilitas ini kepada Muslim Rohingya, alih-alih menggambarkan mereka sebagai "orang asing ilegal" yang harus dideportasi atau dikirim ke pusat penahanan.
Perubahan nada yang nyata ini telah membuat keluarga seperti Rehman kecewa dan putus asa.
"Masa depan anak saya tampak suram," katanya kepada BBC, sambil duduk di bingkai tempat tidur kayu reyot tanpa kasur.
"Pemerintah India juga tidak menginginkan kami... tapi saya lebih suka mereka membunuh kami daripada mendeportasi kami ke Myanmar."
Tidak ada negara yang mau menerima ratusan ribu orang Rohingya. Pekan lalu Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina mengatakan kepada Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Michele Bachelet, bahwa para pengungsi di negaranya harus kembali ke Myanmar.
Namun PBB mengatakan tidak aman bagi mereka untuk melakukannya karena konflik di Myanmar. Pada Februari 2021, junta Myanmar, yang dituduh melakukan kejahatan terhadap Rohingya - mengambil alih negara itu dalam kudeta militer.
Editor : Putra