MALANG, iNews.id - Tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan selain memakan korban tewas, juga korban luka yang cukup banyak, salah satunya Nur Saguwanto (19). Ia sangat bersukur bisa selamat dari maut meski sempat pingsan dan dilarikan ke RS Kepanjen. Selain karena pingsan, pemuda asal Desa Tegalsari, Kecamatan Kepanjen itu juga mengalami patah pergelangan kaki dan luka di sekujur tubuh akibat terinjak-injak.
Meski selamat, kondisinya cukup memprihatinkan. Pantauan di rumahnya, kedua matanya kini bengkak, bagian wajahnya juga melepuh seperti ada sisa gas air mata. Bahkan ia mengaku masih sesak dan berat saat bernapas hingga kini.
"Saat kejadian saya ada di tribun 11. Ketika itu sudah ada yang turun ke lapangan usai pertandingan bubar. Tiba-tiba ada tembakan gas air mata di tempat saya duduk. Setelah itu saya nggak ingat lagi," kata Saguwanto, Kamis (6/10/2022).
Saguwanto mengaku datang melihat pertandingan Arema melawan Persebaya dengan kawannya yang selamat. "Kata teman, saya pingsan. Saya baru sadar ketika hari Minggu (2/12022) pagi. Tahu-tahu saya sudah ada di RSUD Kanjuruhan, Kepanjen. Saya sempat nelpon keluarga, tapi nggak bisa melihat hape karena pandangan mata kabur. Pusing," tuturnya.
Dalam kondisi sendirian tergeletak dirumah sakit, Saguwanto hanya bisa menangis. Dia melihat bagaimana banyak orang-orang hilir mudik, banyak orang tak bernyawa tergeletak. Sedangkan beberapa orang yang luka termasuk dirinya hanya tergeletak di lantai karena minimnya kasur perawatan.
"Suasana di rumah sakit ketika itu penuh korban luka. Saya cuma menangis saja, baru berhenti menangis ketika bertemu keluarganya," kata remaja yang baru saja lulus sekolah di SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi ini.
Di sisi lain Dewi Fitri ibu kandung Saguwanto, mengaku sempat panik saat menerima kabar pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya banyak menelan korban. Ia pun lantas bergegas ke sejumlah rumah sakit mencari anaknya.
"Kami semua panik, karena anak saya dicari ke semua rumah sakit tidak ada. Baru Minggu pagi anak saya ketemu," kata Dewi Fitri (38).
Meski kondisinya cukup parah, setelah mendapatkan perawatan, Saguwanto akhirnya dipulangkan ke rumah oleh pihak rumah sakit. Hal itu dikarenakan ruangan tempat perawatan penuh sesak. "Akhirnya anak saya dipulangkan. Saya bawa ke rumah, manggil bidan desa untuk membantu memasangkan infus dan merawat langsung," ujarnya.
Ia memutuskan untuk mencari pinjaman guna merawat anaknya sendiri di rumah. Tetapi ia memastikan selama berada di rumah sakit, biaya perawatan anaknya memang digratiskan.
"Kalau biaya waktu perawatan di rumah sakit gratis. Karena dipulangkan, ya mau nggak mau saya cari hutangan sendiri. Sudah habis Rp 750 ribu hari ini. Ayahnya juga masih mencari hutangan lagi," tutur Dewi.
Diketahui, keluarga Saguwanto terbilang miskin. Punya kartu berobat KIS. Sebagai buruh tani kecil, ayah Saguwanto, Mahfud berharap anaknya bisa kembali sembuh pasca menjadi korban tragedi Kanjuruhan.
"Kalau bantuan sampai hari ini belum dapat bantuan. Kita rawat anak kami semampunya di rumah, waktu pertama kejadian kondisinya mengenaskan mas, matanya bengkak merah, lebah dan melepuh," ucap Mahfud, ayah kandungnya.
Kini, Saguwanto berharap bisa kembali sehat. Saguwanto mengaku, trauma atas kejadian yang menimpanya. Ia tak menyangka di Malang pertandingan itu, dirinya turut menjadi korban. "Suasana malam itu mencekam. Gas air mata membuat saya sulit bernafas dan pingsan," katanya.
artikel ini telah tayang di iNews.id dengan judul: https://jatim.inews.id/berita/cerita-ibu-korban-tragedi-kanjuruhan-nekat-utang-demi-rawat-anaknya-di-rumah/2
Editor : Putra