Devid Telussa, anak Ibu Siti lahir dari keluarga yang tidak berkecukupan. Saat ini, David pria duduk di semester II di Fakultas Hukum, Universitas Sam Ratulangi.
Penghasilan Ibu Siti dari berdagang puding dan suaminya, Pak Hamid, sebagai sopir serabutan tidak cukup untuk membayar UKT Devid. Bahkan, saat mendaftar untuk mengikuti Seleksi SBMPTN, Devid harus meminjam uang pendaftaran Rp150 ribu kepada orang tua temannya.
"Waktu mau masuk itu banyak sekali kendala, soal administrasi waktu ikut SBMPTN uang juga hanya pinjam untuk pendaftaran. Bahkan sampai sekarang Devid hanya bisa mencicil karena belum mampu untuk mengembalikan," tutur Devid.
Awalnya ayah Devid, Pak Hamid Monoarfa, cuma ingin agar anaknya bekerja selepas lulus SMK. Sebagai orang yang secara ekonomi berkekurangan, dan Pak Hamid sadar berapa biaya anaknya jika kuliah.
Namun, setelah melihat tekad anaknya yang kuat untuk kuliah, maka ia berupaya dan mencari cara agar Devid bisa berkuliah.
"Tapi orang tua juga berpikir, bagaimanapun coba usaha. Pertama kali itu berusaha untuk masuk dulu. Jadi kami berusaha untuk membayar yang pertama itu, sebesar Rp3 juta. uang itupun tidak sepenuhnya dari kami. Sebagian kami pinjam dari teman-teman. Sampai sekarang belum lunas, tapi mereka bilang mereka ikhlas," Pak Hamid bercerita.
Editor : Putra