PONOROGO, iNewsPonorogo.id - Sebuah rumah makan yang ada di jalan Noroyono, Kelurahan Brotonegaran, Kabupaten Ponorogo, mengusung konsep makan yang unik. Jika biasanya setelah makan, pembeli harus membayar sesuai dengan apa yang di pesan. Untuk di tempat ini, pembeli bebas mengambil nasi serta menu makanan yang di inginkan, namun bayar seiklasnya.
Bagi siapapun pembeli yang datang, dan makan diwarungnya, pemilik tidak mematok harga berapa biaya yang harus dibayarkan setelah makan, melainkan hanya menyediakan kotak amal, tempat membayar.
Bukannya tanpa alasan, pemilik warung sengaja membuat konsep rumah makan dengan cara makan sepuasnya, bayar seikhlasnya ini untuk berbagi kepada sesama.
Meski cuma memberikan uang seikhlasnya. Namun makanan di tempat ini cukup enak dan memberikan lauk yang bergizi. Bahkan setiap hari, menu makan selalu berganti ganti.
“Disini tempatnya juga enak, terus kita juga bisa sekalian bersedekah, soalnya kan bayarnya terserah berapapun,” kata Nikmatul Rahmawati.
Sejumlah pembeli mengaku sangat terbantu dengan adanya rumah makan berkonsep sedekah ini. Sebab warga kalangan menengah kebawah bisa menikmati menu bergizi tanpa harus memikirkan biaya.
“Saya memulung barang bekas. Sangat terbantu dengan warung makan ini,” ujar Rudianto salah satu pemulung.
Menurut Jam’un Haidar, pemilik warung makan ini, mengungkapkan bahwa meski nyaris tak dapat untung. Namun dirinya tidak begitu memikirkannya. Terlebih pelanggan di tempatnya, rata-rata orang yang membutuhkan. Selain itu ada sejumlah donatur yang menyokong biaya operasional.
“Kita tidak menarget berapa yang diberikan, berapapun yang diberikan, konsepnya sedekah saja. Jadi uang yang diberikan itu bukan pengganti makan tapi itu sedekah kepada yang lain,” ungkap Jam’un.
Lanjutnya, Jam’un menambahkan jika memang tujuannya untuk saling berbagai pada sesama, bukan mencari untung.
“Jadi kita memutar uang atau sedekah, yang diberikan, kepada mereka yang benar-benar membutuhkan tak kala makan disini,” terangnya.
Kemudian alasan, kenapa memilih makan sepuasnya, masih menurut Jam’un, karena ini program yang sangat merakyat untuk dhuafa atau mereka kelas bawah sangat dibutuhkan, menjadi lebih mengena.
“Ya sangat mengena. Apalagi bagi teman teman yang memang membutuhkan. Karena makan merupakan kebutuhan dasar setiap orang,” pungkasnya.
Meski baru berjalan empat bulan, namun dalam sehari, rumah makan ini bisa menghabiskan beras antara 5 sampai 7 kilogram. Sementara untuk jam buka mulai jam 8 pagi hingga jam 4 sore.
Editor : Putra