Saat ini, Rian sudah berhasil memelihara tiga pasang burung merak di rumahnya. Dia memiliki niat baik untuk melestarikan burung langka ini dan bahkan berencana untuk melakukan pembiakan lebih lanjut.
Selain hobi, Rian juga ingin memanfaatkan bulu-bulu merak yang rontok sebagai bahan baku untuk kerajinan reog.
“Bagi saya sebenarnya, semakin banyak yang melakukan penangkaran, semakin senang. Selain itu nanti bulunya yang rontok bisa untuk kerajinan reog,” terangnya.
Disamping itu, masih menurut Rian, selain untuk menjag dari kepunahan, Ia juga berkeinginan untuk menjadikan penangkaran merak dirumahnya bisa sebagai wisata edukasi.
“Ke depan saya juga ingin mengembangkannya sebagi tempat wisata edukasi bagi anak-anak. Sehingga mereka tetap bisa melihat burung merak secara langsung,” pungkasnya.
Penggunaan bulu merak dalam Reog juga menimbulkan beragam tanggapan. Ada yang berpendapat bahwa menggunakan bulu hewan yang dilindungi dapat merugikan upaya konservasi. Meski sebenarnya bulu merak tidak lantas dicabuti secara paksa, namun cuma memungut bulu yang rontok.
Berbagai upaya memang terus dilakukan oleh pemerintah daerah serta masyarakat agar bisa mendapat pengakuan bahwa Kesenian Reog itu berasal dan milik masyarakat Ponorogo. Alhasil tidak lagi kuwatir akan klaim dari negara lain.
Editor : Putra