Turunnya Harga Pupuk 20 Persen Bikin Dilema Petani Ngawi, Ini Penyebabnya
NGAWI, iNewsPonorogo.id - Kebijakan pemerintah menurunkan harga pupuk hingga 20 persen bisa dikatakan tak berdampak bagi para petani di Kabupaten Ngawi. Dimana kebanyakan dari mereka menggunakan pupuk organik.
Kampanye pengolahan tanah pertaniaan organik oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Ngawi gencar dilakukan. Namun kini ada kekawatiran kebijakan tersebut akan mempengaruhi para petani kembali ke pola pikir lama dengan menggunakan pupuk kimia secara berlebihan.
Selama kurun waktu tiga tahun terakhir Pemkab Ngawi melaui program Pertanian Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan (PRLB) yang sudah berjalan sejak 2021, secara masif terus mengajak petani menggunakan pupuk organik guna menghindari kerusakan tanah akibat ketergantungan pupuk kimia.
Program PRLB bertujuan selain untuk mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk dan pestisida kimia sintetis, sekaligus petani diajak memproduksi pupuk serta pestisida organik secara mandiri guna memperkuat kedaulatan pangan lokal.
Sellain karena itu. Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Ngawi, M Hasan Zunairi, mengatakan PRLB awalnya menjadi solusi atas keterbatasan pupuk bersubsidi.
“Berdasarkan hasil laboratorium, kondisi tanah di Ngawi waktu itu sudah tidak baik-baik saja. Maka penting kesuburan tanah harus dikembalikan,” kata Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Ngawi, M Hasan Zunairi.
Lnjutnya, Hasan menambahkan bahwa adanya turunnya harga pupuk kimia, jelas akan ada tantangan baru dalam mempertahankan kebiasaan petani menerapkan sistem organik.
“Kondisi ini tentu berdampak pada PRLB. Meski petani kembali memakai pupuk kimia, unsur organik tetap harus digunakan,” terangnya.
Data DKPP mencatat, biaya produksi petani PRLB hemat hingga 40–50 persen dibanding pertanian konvensional. Selain itu, kualitas tanah PRLB kini lebih gembur dan subur.
"Kita ingin PRLB menjadi gerakan bersama untuk memulihkan ekologi tanah pertanian,” pungkasnya.
Sejak adanya program PRLB di Kabupaten Ngawi terus meningkat, dari 718 hektare pada 2021 menjadi 20.217 hektare pada 2025. Produksi gabah kering giling (GKG) dari lahan PRLB juga mencapai 140.912,49 ton dengan provitas 6,97 ton per hektare, meningkat konsisten setiap tahun.
Editor : Putra