Menurutnya, proses penyulingan sendiri berlangsujg sekitar 5 jam sampai gas elpiji tiga kilogram habis. Dengan tabung yang memiliki kapasitas 20 kg, maka sekali proses Bank Sampah ini mampu menghasilkan minyak tanah 10 liter. "Sehari hanya dua kali proses. Sehari kami hasilkan 20 liter," ujarnya.
Kendati demikian, ia hanya memproses plastik menjadi minyak tanah hanya 2 kali seminggu. Sehingga yang dihasilkan juga masih sangat minim dan hasilnya belum dijual ke masyarakat umum. Minyak tanah ini baru digunakan untuk 15 orang pengelola Bank Sampah.
Selain itu, proses pembuatan minyak tanah ini tergantung pasokan plastik. Karena sampah-sampah plastik yang tidak laku dijual masih sangat minim. Bahkan dirinya masih sering mengambil dari Kalurahan lain untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Berkat inovasi mereka, 400 kepala keluarga dari dua dusun yaitu Siten dan Kanutan kini sudah tidak kepikiran lagi untuk mengatasi persoalan sampah. Omset Bank Sampah Gerbang Pilah kini rata-rata mencapai Rp5 juta perbulan.
"Plastik lebih tebal seperti ember dan juga kardus kami jual. Kantong plastik yang tidak laku kami ubah jadi minyak tanah," ujarnya.
Editor : Putra