Kemudian, lanjut Rezki ada lagi beberapa suporter yang ikut masuk untuk meluapkan kekecewaannya kepada pemain Arema. Melihat hal tersebut, Bek Arema Johan Alfarizie mencoba memberi pengertian kepada suporter tersebut.
"Namun, semakin banyak mereka berdatangan, semakin ricuh kondisi stadion karena dari berbagai sisi stadion juga ikut masuk untuk meluapkan kekecewaannya ke pemain," tulisnya.
Hal itu kata Rezki diikuti dengan lemparan benda ke arah lapangan. Suporter pun tak bisa dikendalikan. Akhirnya pemain digiring masuk ke dalam ruang ganti degan pengawalan ketat polisi.
"Setelah pemain masuk, suporter makin tidak terkendali dan semakin banyak yang masuk ke lapangan," katanya.
Pihak aparat, lanjut Rezki juga melakukan berbagai upaya untuk memukul mundur para suporter. Menurutnya, perlakuan aparat sangat kejam dan sadis. Para suporter dipentung dengan tongkat panjang. "1 suporter dikeroyok aparat, dihantam tameng dan banyak tindakan lainnya," tulis Rezki.
"Tapi saat aparat memukul mundur suporter di sisi selatan, suporter dari sisi utara yang menyerang ke arah aparat. Karena semakin banyaknya suporter yang masuk ke lapangan dan kondisi sudah tidak kondusif," katanya.
Dia mengungkapkan, aparat menembakkan beberapa kali gas air mata ke arah supoter yang ada di lapangan. Silih berganti suporter menyerang aparat dari sisi selatan dan utara.
"Yang akhirnya, selain hujan lemparan benda dari sisi tribun, di dalam lapangan juga terjadi aksi tembak-tembakan gas air mata ke arah suporter," katanya.
"Terhitung puluhan gas air mata sudah ditembakkan ke arah suporter, di setiap sudut lapangan telah dikelilingi gas air mata. Ada juga yang langsung ditembakkan ke arah tribun penonton, yaitu di tribun 10," ungkap Rezki.
Para suporter yang panik karena gas air mata, semakin ricuh di atas tribun. Mereka berlarian mencari pintu keluar. Tapi sayang pintu keluar sudah penuh sesak karena para suporter panik terkena gas air mata.
Editor : Putra
Artikel Terkait