JAKARTA, iNewsPonorogo.id - Sebagian mungkin belum tahu atau mendengar Pulau Sisilia yang selama ini dikenal sebagai kawasan 'mafia' di Italia. Akan tetapi siapa sangka, jika di pulau ini menjadi saksi bisu kisah kejayaan Islam yang terlupakan.
Dipulau tersebut ada peninggalan kaum muslim yang menganggumkan, tepatnya berupa bangunan megah berarsitektur Timur Tengah, peninggalan Dinasti Aghlabiyah, yang masih bisa dilihat hingga kini.
Sejarah kejayaan Islam di Benua Eropa, seringkali hanya tertuju pada Muslim di Andalusia, Spanyol, pada periode 711 hingga 1492 Masehi. Atau, ke Dinasti Turki Utsmani.
Sebaliknya, Muslim di Kepulauan Sisilia, Italia, sering terlupa. Sejarah mencatat, umat Islam di bawah Dinasti Aghlabiyah pernah menguasai kepulauan ini selama lebih dari 200 tahun. Dinasti Aghlabiyah sendiri merupakan bagian dari era Abbasiyah yang berasal dari Tunisia dan Aljazair.
Dinasti ini digagas oleh Ibrahim bin Al Aghlab yang berkuasa pada tahun 800 – 812 masehi. Kemudian, nama Aghlab di ambil sebagai nama dinasti. Pada 817 hingga 838, pasukan muslim dipimpin oleh Ziyadatallah I berhasil menaklukkan Pulau Sisilia.
Pulau Sisilia, saat itu memiliki posisi yang sangat strategis untuk jalur transportasi laut dan perdagangan. Selain alasan ekonomi, pada 826 terjadi sebuah pemberontakan yang mengharuskan Ziyadatallah I membantu dari segi politik dan keamanan.
Akibat beberapa muslimin ditawan dan dijadikan tahanan di Pulau Sisilia oleh bangsa Romawi. Ziyadatallah kemudian mengirimkan pasukan untuk membebaskan sandera politik dan para pedagang muslim.
Ziyadatallah juga berpikir bahwa saat Pulau Sisilia jatuh ke tangannya, maka perdagangan bangsa Romawi di kawasan Laut Mediterania akan goyah dan akan memperkuat kekuasaannya di Eropa.
Saat menaklukan Sisilia, Ziyadatallah mengerahkan sekitar 10.000 pasukan elite muslim yang diberangkatkan dari Afrika pada 827.
Karena jumlah pasukan yang tidak seimbang, pasukan Romawi berhasil dipukul mundur hingga ke kota Palermo dan Syracuse di sisi utara dan timur.
Pemimpin pasukan yang bernama Al – Furat tidak mampu mengepung Palermo. Dan hanya berselang satu tahun dari perang ini, beliau meninggal dunia karena sakit.
Kemudian pasukan muslim kemudian diserang balik oleh pasukan bangsa Romawi. Dengan berbagai tekanan dari pihak musuh serta adanya penyakit, kaum muslimin saat itu nyaris kalah.
Mujurnya, pada 830, pasukan dari Dinasti Umayyah tiba dalam waktu yang tepat. Mereka datang dari Spanyol yang saat itu sudah dikuasai Dinasti Umayyah dan membantu pasukan muslimin di Sisilia.
Pulau Sisilia dijadikan sebuah basis pemerintahan baru oleh Ziyadatallah I. Ia mengirimkan sepupunya bernama Abu Fihr Muhammad ibn Abd-Allah sebagai gubernur di Palermo.
Sisilia menjadi sebuah kota yang masuk di bawah kekuasaan Dinasti Aghlabiyah. Kota – kota dan pedesaan yang bernafaskan Islam mulai dibangun dengan pusat pemerintahan di Palermo.
Misalnya, seperti sistem pemerintahan yang berdasarkan dinasti atau keturunan kerabat. Dan setiap provinsi dipimpin seorang gubernur yang pertanggung jawabannya ke ibukota dinasti di Qayrawan.
Sebagai kota yang berbasis pemerintahan Islam, maka warga lokal dan rakyat secara menyeluruh juga wajib mengikuti aturan syariah.
Sementara itu, bagi yang beragama non muslim diperbolehkan menjalankan agama sesuai kepercayaan yang dianut. Namun, tetap harus membayar pajak negara, membayar zakat dan kharaj.
Editor : Dinar Putra
Artikel Terkait