Orang Ponorogo memiliki sifat yang lebih mandiri, lebih sadar diri, lebih berani, namun terkadang juga gegabah, lebih bersemangat, namun juga lebih kasar dibandingkan orang Jawa lainnya di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Perangai orang Ponorogo mirip dengan orang Madura. "Mereka merupakan orang yang siap menarik pisau dan menenangkan dendam dengan bertindak keras."
Karakter keras ini diduga berhubungan dengan tingginya tingkat kejahatan di Ponorogo pada masa lalu, yang tercermin dari banyaknya pagar batu di sekitar rumah dan sawah penduduk untuk mengamankan dari perampokan dan pencurian.
Ada versi cerita yang berhubungan dengan karakter berbeda orang Ponorogo yang terkait dengan penaklukan Bathara Katong terhadap Kiai Demang Kutu atau Ki Ageng Kutu yang terkenal sakti.
Ki Ageng Kutu tinggal di Desa Kutu (kini Desa Singosaren, Jetis), seorang tokoh sakti yang tetap memegang keyakinan lama.
Ia mengajarkan ilmu magis kepada murid-muridnya yang terbagi menjadi dua kelompok: kelompok anak laki-laki yang dinamai jathil atau gemblak, dan kelompok pria dewasa yang diberi nama warok.
Bathara Katong, yang merupakan utusan Raden Patah, Sultan Demak Bintoro, membawa pasukan dari Demak dan lingkungan Majapahit. Banyak dari pasukan tersebut berasal dari Sampang, Madura.
Mereka kemudian menetap di Ponorogo dan mendirikan pemukiman baru. Dalam pertempuran itu, Bathara Katong berhasil mengalahkan Ki Ageng Kutu.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta
Artikel Terkait